Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lupakan Topi Bambu

Kompas.com - 19/09/2014, 18:52 WIB
TOPI bambu bikinan Tangerang, Banten, pernah dikenal di Eropa pada masa kolonial. Kini kondisi perajin topi memprihatinkan. Komunitas Topi Bambu gigih membangkitkan kembali kejayaan topi bambu.

Topi bambu pernah menjadi produk primadona di Kabupaten Tangerang. Tengoklah dekat-dekat lambang daerah Tangerang, maka segera tampak gambar topi bambu. Pada masa kolonial sekitar era 1910, topi bambu mencapai masa kejayaannya. Topi bambu dari Tangerang pernah merajai pasaran Eropa. Di kota pusat mode dunia, seperti Paris, topi bambu dipakai oleh gadis-gadis bangsawan sebagai bagian dari mode pada zamannya. Seiring berjalannya waktu, topi bambu makin tersisih. Sempat diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa melalui Pelabuhan Tanjung Priok, kejayaan ekspor topi bambu berakhir sekitar 1930.

Tak rela menyaksikan keruntuhan pamor topi bambu, Komunitas Topi Bambu menularkan kecintaannya pada topi bambu kepada lebih banyak orang. Di galeri mungil berukuran 5 meter x 4 meter di Jalan Raya Serang, Cikupa, Tangerang, anggota komunitas kerap berkumpul. Beragam jenis topi bambu dipajang di setiap sudut ruangan. Saepul Milah menunjukkan contoh topi pesanan dari Perancis yang sederhana, tetapi elegan.

Ada pula topi bambu yang mirip dengan topi tentara yang dipesan untuk keperluan peragaan busana di Jepang. Topi bambu untuk pasar Jepang ini merupakan permintaan pertama yang datang dari luar negeri setelah komunitas berdiri pada 2010. ”Sempat ada kendala bahasa. Namun, setelah lima kali kirim gambar dan beberapa kali koreksi ulang, konsumen Jepang puas,” kata Saepul.

Konsumen dari Perancis dan Jepang menyukai kehalusan helai-helai bambu yang sudah ditipiskan sebagai bahan baku topi bambu. Saking kagumnya, sempat terlontar ketidakpercayaan bahwa helaian bambu tersebut benar-benar diperhalus dengan tangan, tanpa mesin.

Anggota komunitas lainnya, Agus Hasanudin, menunjukkan surat elektronik (e-mail) pesanan topi bambu yang datang dari Belanda. Tak lupa, si pemesan melampirkan foto model topi bambu yang diinginkan. ”Perajin masih konvensional. Membuat sesuatu berdasarkan sesuatu yang sudah ada. Kini, mereka harus beradaptasi. Harus belajar membuat pola dan model berbeda,” kata Agus.

Jembatan perajin-pasar

Dalam relasi dengan para perajin, anggota Komunitas Topi Bambu menjalani peran sebagai pembangun jembatan antara perajin dan konsumen. Produksi dari para perajin yang biasanya hanya dijual ke pasar tradisional mulai diikutsertakan pada pameran kerajinan di tingkat lokal maupun nasional.

Lewat blog komunitas topibambu.com, karya perajin diperkenalkan kepada masyarakat luas. Anggota komunitas pun rajin melancong ke desa-desa di Tangerang untuk membangun relasi dengan perajin. Hasil perjumpaan itu antara lain ditulis dan diunggah di media sosial.

Komunitas Topi Bambu juga mendorong perajin untuk peduli pada kontrol kualitas, bekerja keras, dan mulai beradaptasi dengan permintaan pasar dari luar negeri. Mereka juga menjembatani kendala bahasa ketika permintaan berdatangan dari luar negeri.

Agar anak-anak muda tertarik pada pelestarian topi bambu, pelatihan menganyam bambu di sekolah-sekolah di pusat kerajinan bambu pun digalakkan. Para mahasiswa turut terlibat dalam beragam kegiatan untuk menumbuhkan kecintaan pada topi bambu. Dede Rosadi, seorang mahasiswa, baru mengenal tentang topi bambu dari Himpunan Mahasiswa Tangerang Barat. Dede kemudian bergabung dengan komunitas dan ikut membangun jembatan antara perajin dan perusahaan.

Banyak perusahaan lalu tertarik memberikan bantuan dana bagi pengembangan kerajinan topi bambu. Ada yang membantu memperbaiki bengkel kerja para perajin. Perusahaan lainnya membantu penanaman bambu tali sebagai bahan baku utama topi bambu.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Anggota Komunitas Topi Bambu di gerai yang memajang beragam topi bambu produksi perajin Kabupaten Tangerang, Banten.
Komunitas Topi Bambu dirintis oleh lima orang yang seluruhnya adalah penulis blog. Sebelum fokus pada topi bambu, Agus lebih banyak menulis artikel tentang wisata atau makanan di blog pribadinya, sementara Saepul suka menulis jurnal. Dari hobi menulis di blog inilah mereka berjumpa dengan para perajin topi bambu yang umumnya tinggal di Tangerang, seperti Pasar Kemis, Jambe, Caringin, Cibugel, atau Cisoka.

”Kami blusukan lalu wawancara dengan para perajin yang sudah renta. Kondisi mereka memprihatinkan. Susah bikinnya, tetapi murah dan dipasarkan cuma di sekitar wilayah situ,” ujar Saepul.

Kebanyakan perajin membuat topi ilaban atau topi dasaran yang belum jadi. Mereka menganyam topi ilaban lalu dijual murah kepada pengepul. Mayoritas perajin hanya membuat topi pramuka yang dihargai sangat murah Rp 50.000 per kodi. Topi pramuka ini dipasarkan ke Aceh, Palembang, Lampung, Jawa, Kalimantan, dan Papua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tips untuk Kembali ke Rutinitas Kerja Setelah Libur Panjang

Tips untuk Kembali ke Rutinitas Kerja Setelah Libur Panjang

Travel Tips
Pantai Jadi Tempat Wisata Terfavorit di Pulau Jawa Selama Lebaran 2024

Pantai Jadi Tempat Wisata Terfavorit di Pulau Jawa Selama Lebaran 2024

Travel Update
Kemenparekraf Tanggapi Turis Indonesia yang Rusak Pohon Sakura di Jepang

Kemenparekraf Tanggapi Turis Indonesia yang Rusak Pohon Sakura di Jepang

Travel Update
Aktivis Mogok Makan di Spanyol, Bentuk Protes Pembangunan Pariwisata

Aktivis Mogok Makan di Spanyol, Bentuk Protes Pembangunan Pariwisata

Travel Update
5 Tempat Wisata Dekat Masjid Al-Jabbar, Ada Mal dan Tempat Piknik

5 Tempat Wisata Dekat Masjid Al-Jabbar, Ada Mal dan Tempat Piknik

Jalan Jalan
5 Syarat Mendaki Gunung Rinjani, Pastikan Bawa E-Ticket

5 Syarat Mendaki Gunung Rinjani, Pastikan Bawa E-Ticket

Travel Tips
3 Tips Ikut Open Trip Pendakian Gunung Rinjani biar Tidak Zonk

3 Tips Ikut Open Trip Pendakian Gunung Rinjani biar Tidak Zonk

Travel Tips
Korban Open Trip, 105 Orang Gagal Mendaki Gunung Rinjani

Korban Open Trip, 105 Orang Gagal Mendaki Gunung Rinjani

Travel Update
Libur Lebaran 2024 Berakhir, Kunjungan Wisata di Gunungkidul Lampaui Target

Libur Lebaran 2024 Berakhir, Kunjungan Wisata di Gunungkidul Lampaui Target

Travel Update
Iran Serang Israel, Ini 8 Imbauan KBRI Teheran untuk WNI di Iran

Iran Serang Israel, Ini 8 Imbauan KBRI Teheran untuk WNI di Iran

Travel Update
Penerbangan ke Israel Terganggu akibat Serangan Iran

Penerbangan ke Israel Terganggu akibat Serangan Iran

Travel Update
Pesona Curug Sewu di Kendal, Air Terjun Bertingkat Tiga Jawa Tengah

Pesona Curug Sewu di Kendal, Air Terjun Bertingkat Tiga Jawa Tengah

Jalan Jalan
Iran Serang Israel, WNI di Beberapa Negara Timur Tengah Diminta Waspada dan Lapor ke Kemenlu

Iran Serang Israel, WNI di Beberapa Negara Timur Tengah Diminta Waspada dan Lapor ke Kemenlu

Travel Update
4 Villa Sekitar Tawangmangu Wonder Park Karanganyar, mulai Rp 600.000

4 Villa Sekitar Tawangmangu Wonder Park Karanganyar, mulai Rp 600.000

Hotel Story
Beri Makan Rusa di Rumah Dinas Wali Kota Pangkalpinang, Simak Aturan Pakannya

Beri Makan Rusa di Rumah Dinas Wali Kota Pangkalpinang, Simak Aturan Pakannya

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com