Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk, Pendaki Satu Jari Asal Jepang Gagal ke Puncak Everest

Kompas.com - 10/10/2015, 09:25 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Seorang pendaki dengan satu jari asal Jepang yang berusaha menggapai Puncak Everest sejak gempa bumi mematikan tahun ini pada hari Kamis gagal meraih puncak.

Pendakian Gunung Everest kali ini adalah musim kelima Nubokazu Kuriki yang kehilangan sembilan jari di gunung, telah mencoba meraih puncak tertinggi di dunia dan dia adalah satu-satunya pendaki yang mencoba mendaki tahun ini.

Para pendaki telah meninggalkan Everest setelah salju longsor dipicu gempa yang menewaskan 18 orang di Everest Base Camp dan gempa susulan yang telah meningkatkan potensi salju longsor.

"Yang terbaik bagi saya, tapi saya pikir tidak akan dapat kembali hidup jika saya pergi lebih jauh di tengah angin kencang dan salju yang tebal," kata laki-laki yang berusia 33 tahun, di akun Twitter seperti dikutip dari AFP.

Kuraki mengatakan usaha untuk meraih titik 8.848 meter (29.029 kaki) dalam keadaan yang berbahaya dan tidak akan cukup waktu untuk kembali dengan selamat ke tempat kemah. Pendakian yang ia lakukan telah mengantarkan juga ke "Death Zone"- ketinggian di atas 8.000 meter yang terkenal karena medan yang sulit dan udara yang tipis.

"(Saya) memutuskan untuk turun pada ketinggian 8.150 meter.. Saya benar-benar menghargai dukungan semua orang," tambahnya.

AFP PHOTO / PRAKASH MATHEMA (FILES) Foto ini diambil pada 20 Agustus 2010, menunjukkan pendaki Jepang, Nobukazu Kuriki berpose dengan bendera Nepal setelah berbincang dengan wartawan di ruang pertemuan Nepal Tourism Board. Pendaki Jepang dengan hanya satu jari ini gagal meraih puncak Gunung Everest, akan membuat keputusan untuk mendaki ke puncak pada 7 Oktober 2015. Nobukazu Kuriki kehilangan sembilan jari karena frostbite pada tahun 2012 di Everest dan menjadi satu-satunya pendaki yang mencoba untuk meraih puncak tertinggi di dunia setelah gempa bumi yang menyebabkan salju longsor dan membunuh 18 orang di tempat perkemahan. AFP PHOTO/Prakash MATHEMA/FILES
Dikutip dari AFP, para pendaki ahli mengatakan pendakian pada musim gugur lebih berbahaya daripada musim semi karena angin lebih kencang dan suhu lebih rendah.

Kuriki yang merencanakan untuk mencapai puncak sendiri tanpa bantuan tabung oksigen, terpaksa untuk meninggalkan tawaran bulan lalu karena salju membuatnya kesulitan mendaki cepat menjelang puncak.

Pendakian gunung adalah mata pencaharian utama untuk masyarakat Nepal, rumah delapan puncak dunia dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter tapi pada tanggal 25 April lalu, gempa telah menimbulkan kekhawatiran bagi industri pariwisata Nepal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com