Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gua Rangko Nan Indah yang Belum Siap Terima Wisatawan

Kompas.com - 22/11/2015, 15:53 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Obyek wisata Goa Rangko di Desa Rangko, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur tengah ramai diperbincangkan di media sosial yakni Instagram.

Bagai oase di terik matahari yang menyinari daratan penghubung menuju Pulau Komodo, obyek wisata Goa Rangko mencuat sebagai tempat wisata alternatif.

 
Seorang pengguna Instagram, Rizal Agustin dengan akun @mrizag menceritakan perjalanannya menuju Goa Rangko beberapa hari lalu kepada KompasTravel.

Pertama kali ia mengetahui keberadaan Goa Rangko yakni melalui sebuah postingan foto Gua Rangko di Instagram. Berbekal informasi dari Instagram dan juga dari seorang teman dari Manggarai Barat, ia kemudian berangkat.

 
Rizal tak sendiri menuju Goa Rangko. Ia datang bersama dua orang temannya. Satu dari Bengkulu dan lainnya dari Labuhan Bajo. Dari tengah kota, ia pergi menyusuri jalan menuju titik penyeberangan menggunakan perahu sebelum mencapai Goa Rangko.

Sepeda motor yang ia gunakan diarahkan ke dekat obyek wisata Gua Batu Cermin. Dari sebuah pantai di dekat obyek wisata goa tersebut, Rizal akan menyeberang.

 
"Di pantai, saya pergi menumpang naik kapal nelayan," tutur Rizal.
 
Kapal-kapal berjajar di pantai yang entah tak ia ketahui namanya. Kapal-kapal tersebut pada akhirnya ia ketahui dari pemilik kapal yang ia tumpangi, yakni sebagai alat transportasi penduduk Desa Rangko.

Biasanya, kapal-kapal nelayan tersebut hanya menyeberang dari Desa Rangko ke dekat Desa Batu Cermin satu kali sehari. Kapal dengan kapasitas lima orang yang ia tumpangi belum juga mulai berlayar membelah laut.

 
Rizal Agustin / @mrizag Kapal yang digunakan untuk mencapai pantai di Desa Rangko sebelum berjalan menuju mulut gua.
Deru mesin diesel penggerak kapal mulai memenuhi telinga Rizal. Kapal yang ia tumpangi mulai meninggalkan pantai.

Sebelumnya, sempat ia menunggu lama menunggu karena kapal belum juga penuh. Dengan demikian, perjalanan yang biasanya dapat ditempuh selama 30 menit, ia tempuh selama 45 menit. 

 
Beruntung kapal yang ia tumpangi dapat merapat di pantai. Rizal mengatakan jika menurut informasi yang ia dapat, terkadang kapal tak bisa merapat karena air surut dan rawan karam. Lalu, ia mulai meninggalkan laut untuk segera melanjutkan perjalanan menuju mulut gua.
 
Ia kisahkan jika rute yang dilewati sedang kering. Tanah tiada gembur. Pohon-pohon hanya menyisakan sedikit dedaunan hijau. Rizal segera menelusuri jalan hingga akhirnya sampai ke mulut gua.
 
"Kira-kira saya jalan 5 menit. Langsung ketemu bibir goa," jelasnya.
 
Ketika tiba di mulut goa, kolam dengan air biru telah terlihat. Ia tak mengalami kesulitan untuk menemukan tempat tersebut. Tak ada wisatawan lain yang ada di dalam Goa Rangko selain ia bersama rekan perjalanannya. Kolam tersebut seperti milik pribadi.
 
Rizal Agustin / @mrizag Setelah tiba di pantai, wisatawan harus berjalan sekitar lima menit untuk dapat tiba di mulut Gua Rangko.
Ia segera menceburkan diri. Tak dapat ia menapak kakinya ke dasar kolam. Rizal menceritakan kedalaman kolam tersebut tak terukur karena pengaruh pasang surut air laut.

Menurutnya, Goa Rangko tersebut terletak di dekat pantai sehingga juga air kolam terasa agak asin. Dari kolam tersebut, ke mulut gua berjarak sekitar dua-tiga meter.

 
Potensi wisata serta tantangan
 
Keberadaan Goa Rangko menjadi satu potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan karena belum terjamah. Sebelumnya telah populer wisata goa di Labuan Bajo yakni Goa Batu Cermin. Namun, Goa Batu Cermin seperti hidup segan mati tak mau. Rizal mengatakan Goa Rangko telah menjadi rekomendasi tempat wisata dari warga lokal.
 
"Teman-teman lokal (Labuan Bajo) sih promosiinnya Goa Rangko. Bisa jadi alternatif wisata selain ke Pulau Komodo," beber Rizal.
 
Setelah berwisata ke Goa Rangko, Rizal menyebutkan atraksi wisata yang dapat dilakukan di Goa Rangko seperti berfoto, berenang, hingga belajar tentang ornamen goa. 
 
Namun tantangan pengembangan wisata Goa Rangko yakni infrastruktur. Transportasi menjadi hal yang pertama disebutkan oleh penggiat Instagram tersebut. Menurut pengalamannya, ia hanya dapat menuju ke Goa Rangko dengan menumpang kapal nelayan.
 
"Saya carter 200 ribu rupiah untuk pulang pergi. Untuk sekarang sih belum siap kalau bawa wisatawan pakai kapal," tambahnya.
 
Rizal Agustin / @mrizag Mulut Gua Rangko yang terletak di Desa Rangko, Kecamatan Boleng, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat. Aliran kolam di dalam terletak tak jauh dari bibir gua yakni sekitar 2-3 meter.
Ia mengatakan jika untuk menuju pinggir pantai di Desa Rangko, belum ada jasa kapal nelayan yang siap mengantarkan. Perahu-perahu hanya ada dan siap mengantarkan sekaligus masyarakat desa pergi ke kota.
 
Sementara untuk petunjuk jalan menuju Goa Rangko juga masih belum tersedia untuk para wisatawan. Namun meski demikian, para masyarakat Labuan Bajo telah mengetahui keberadaan Goa Rangko.
 
Pemandu wisata di Labuan Bajo, Krisna Soemarsono Adi Broto mengatakan jika Goa Rangko merupakan tempat wisata baru yang dapat dikunjungi. Ia pun mengakui kesulitan jika wisatawan ingin menuju ke Goa Rangko karena kendala transportasi.
 
"Dari bandara (Komodo) sekitar satu jam. Gak ada kendaraan umum, mesti sewa mobil atau motor. Jalan ke sana masih berbatu," ungkap dia.
 
Akrab disapa Kris, ia mengatakan kepada KompasTravel, kapal yang ingin merapat kesulitan bersandar karena laut yang dangkal. Bahkan, hampir dengan pantai di Desa Rangko tersebut, wisatawan harus berenang jika air sedang surut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com