Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Maratua Mengejar Matahari Terbenam

Kompas.com - 26/09/2016, 15:11 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

DERAWAN, KOMPAS.com - Keindahan Pulau Derawan, di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan pulau-pulau di sekitarnya bukan melulu eksotika bawah laut.

Wisatawan tentu akan setuju bila keindahan lainnya adalah ketika menyaksikan pesona matahari saat terbit ataupun tenggelam dari tepi pantai.

Saat itu matahari terlihat seperti piring oranye yang menggantung di batas cakrawala. Piringan itu tentu menjadi obyek foto yang tidak kalah indah dibanding panorama alam Kepulauan Derawan.

"Banyak orang datang ke sini (Derawan) untuk menyelam. Yang lain, kalau mau melihat matahari (terbit dan terbenam) itu bonus alam," kata Rusli, 34 tahun, driver speedboat (perahu cepat) asal Tanjung Batu.

Piringan oranye di batas cakrawala itu sebenarnya bisa juga disaksikan dengan banyak cara, tidak harus dari tepi pantai. Banyak wisatawan bersaksi panorama piring matahari juga terlihat indah selagi di atas kapal di tengah laut dalam perjalanan antar pulau di sana.

Kekaguman pada proses matahari terbit ataupun terbenam bisa sekaligus jadi penawar rasa takut akibat diombang-ambing gelombang tinggi ataupun rasa bosan di perjalanan menyeberang.

KOMPAS.com/DANI JULIUS ZEBUA Matahari terbenam jadi pemandangan sepanjang kepulangan dari Maratua ke Derawan, Kalimantan Timur. Pemandangannya pun tak kalah indah dibanding matahari terbit.
Di penyeberangan terbaru, Rusli membawa seorang guide bernama Sulaiman dan tiga wisatawan untuk mengelilingi Derawan, Kakaban, Maratua, lalu kembali ke Derawan, dalam sehari.

Waktu tempuh untuk menyeberang antar pulau rata-rata 60-90 menit dengan speedboat. Gelombang sedang agak besar, dengan bongkahan ombak 2 meter dan tinggi satu meter. "Meski ini masih belum seberapa. Kami pernah melalui tinggi ombak hingga 3 meter," kata Sulaiman, dalam perjalanan bersama Rusli kembali ke Derawan.

Rusli cukup tenang mengemudi speedboat sekaligus mahir membelah ombak. Sesekali cipratan air dengan jumlah banyak masuk ke perahu sehingga menimbulkan sedikit panik di antara para wisatawan. Saat itu waktu matahari terbenam tinggal 60 menit lagi.

Para wisatawan yang dibawa Sulaiman berpegangan erat pada dinding ataupun tiang kapal yang diguncang gelombang. Rasa takut dan sedikit rasa bosan perjalanan mendadak sirna di detik-detik matahari terbenam.

Sulaiman dan dua wisatawan lain menyempatkan diri mengabadikan detik-detik piringan oranye itu menghilang di batas cakrawala. "Pulang saat matahari mau terbenam petunjuk untuk saya. Bagus juga untuk kalian (wisatawan)," kata Rusli.

Matahari terbenam merupakan petunjuk arah bagi para driver speedboat yang hendak pulang ke Derawan ataulah Tanjung Batu saat hari sudah menjelang senja. "Kita mengemudi ke bawah matahari," Rusli.

KOMPAS.com/DANI JULIUS ZEBUA Limbah rumah tangga ditumpuk begitu saja di tepi pantai di belakang rumah di Pulau Derawan, Kalimantan Timur.
Mengejar matahari terbenam rupanya cukup mengasyikkan. Pemandangan matahari terbenam yang berlangsung indah. Langit semburat merah. Piring matahari merah sampai kelihatan. Bila tidak ada awan di cakrawala, piring matahari akan kelihatan semakin merah.

Terbenamnya matahari merupakan kelengkapan terakhir dari jalan-jalan di gugus derawan.

Rusli sekali seminggu berkeliling pulau-pulau itu membawa wisatawan. Ia bekas sopir angkutan kota. Ia tetap berani bahkan malam hari, hujan deras, berombak besar. Kalau dihadang ombak besar. "Ya, tabah saja," kata Rusli.

*****

KompasTravel kembali menghadirkan kuis "Take Me Anywhere 2". Pemenang akan mendapatkan kesempatan liburan gratis yang seru ke Yogyakarta selama tiga hari dua malam.

Hadiah sudah termasuk tiket pesawat, transportasi lokal, hotel, konsumsi, dan beragam aktivitas seru selama di Yogyakarta. Juga raih kesempatan memenangkan hadiah smartphone. Klik link berikut: Catat, 6 Tips "Selfie" Saat Liburan ala "Take Me Anywhere 2"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com