Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (35)

Kompas.com - 23/04/2008, 07:51 WIB

                                                                                                                                                            [Tayang:  Senin - Jumat]

Pelarian

Bagaimana bangsa Dungan bisa sampai di sebuah desa mungil di pelosok negeri Kirghiz ini? Di negeri ini, identitas mereka sebagai bangsa minoritas sering dipertanyakan. Mereka meninggalkan negeri leluhur di Tiongkok sana dalam sebuah pelarian, meninggalkan bentrokan identitas yang kini disusul pergesekan identitas yang lain.

Apakah identitas itu? Anda bisa menjadi seorang bapak, seorang pegawai kantor, seorang warga Jakarta, warga Indonesia, seorang Muslim, seorang pendukung globalisasi, atau seorang pendukung emansipasi wanita, sekaligus pada saat bersamaan. Seorang manusia bisa punya sejumlah identitas sekaligus, ada yang saling mendukung, ada yang saling bergesek.

Demikian pula halnya dengan bangsa. Ada jati diri yang menyatukan beribu manusia yang menyatakan diri sebagai anggota dari golongan yang sama. Di Asia Tengah, pertanyaan tentang identitas suku bangsa semakin kompleks ketika Uni Soviet memutuskan untuk memecah dataran luas ini menjadi beberapa negeri Stan, yang masing-masing dihuni oleh suku-suku yang bersama-sama lahir dalam pencarian identitasnya masing-masing. Apa itu Kirghiz? Siapa itu Uzbek dan Tajik? Pertanyaan-pertanyaan ini baru muncul tak sampai seabad lalu ketika garis-garis batas negara mulai dicoret-coret di atas peta kawasan ini.

Pencarian identitas semakin rumit, karena Asia Tengah tidak dihuni oleh lima suku bangsa yang sudah jelas definisi dan garis batasnya. Belum lagi bangsa pendatang dari seluruh penjuru Uni Soviet yang datang ke padang rumput luas ini dengan berbagai alasan – pengungsi gempa, pelaku kriminal yang dibuang, pemimpin agama yang dihukum, pelarian perang, prajurit, saudagar sutra, dan sederet manusia-manusia lain.

Di antara bangsa pendatang itu, ada orang-orang Dungan dari negeri Tiongkok. Siapakah orang-orang Dungan ini?

Ali, alias Ma Jingsheng, pria Dungan berusia 60 tahun dari Tokmok, berkata, "Bapak kami adalah Arab. Ia adalah agama kami, Islam. Ibu kami adalah China. Ialah bahasa kami, kebudayaan kami."

Ali berkisah tentang kejadian 800 tahun lalu, ketika penyerbu Arab masuk ke negeri leluhur Dungan di Tiongkok sana, di balik Pegunungan Tien Shan dan Pamir. Raja yang ketakutan akan serbuan itu memutuskan untuk menikahkan puterinya dengan orang Arab, untuk menghindari perang. Keturunan dari pernikahan itu adalah orang Dungan sekarang. Separuh sejarah, separuh takhayul, demikian orang Dungan menganggap Arab sebagai bapak dan Tiongkok sebagai ibu.

Orang Dungan, di RRC disebut etnis Hui, adalah salah satu dari 56 suku bangsa yang diakui pemerintah Tiongkok. Nama Dungan, yang terkenal di bekas wilayah Uni Soviet, sama sekali tidak dikenal di Tiongkok. Lalu mengapa mereka disebut Dungan? Asal muasal nama ini pun masih misteri. Orang-orang Dungan di Tokmok yang saya temui kebanyakan juga tidak tahu bagaimana nama ini kemudian melekat pada diri mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com