Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belut Sawah di Warung Pak Sabar

Kompas.com - 07/06/2010, 16:11 WIB

WARUNG Welut Pak Sabar itu letaknya menyempil di Kampung Dokaran, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, nama dan rasanya melintas batas kampung dan terdengar hingga ke kota.

Dari jalan kampung, warung itu tidak kelihatan. Pengunjung harus masuk kampung di Kelurahan Tamanan, dulu beberapa puluh meter untuk menemukan warung tersebut. Seperti rumah di kampung, bangunan warung itu sederhana saja. Dinding terbuat dari kayu dan atap tanpa plafon. Sore itu, kami datang ke warung tersebut. Suasana lebih mirip rumah nenek dalam dongeng kanak-kanak ketimbang warung.

Pemilik warung, Sabar (47) dan istrinya, Sri Umidah (45), menyambut kami dengan hangat dan menyilakan kami duduk di kursi-kursi kayu. Tidak lama kemudian, Sri menyodorkan dua gelas teh hangat. Ah, kami terkesan dengan kehangatan Sabar dan Sri. Warung itu tiba-tiba seperti sebuah rumah sendiri yang nyaman.

Ketika tiba waktu makan, Sri menyodorkan sepiring belut goreng, keripik tulang belut, sambal belut, lalapan, dan nasi hangat. Dalam hitungan menit, semua hidangan langsung tandas. Sambal belut buatan Sri lumayan nikmat. Daging belut yang lembut dan gurih berpadu pas dengan pedasnya cabai rawit.

Sambal itu dibuat dari campuran daging belut yang telah dihancurkan ditambah bawang putih, cabai rawit merah, kencur, dan daun jeruk purut. Dua bumbu terakhir membuat sambal ini terasa segar dan tidak bikin enek.

Goreng belutnya tidak kalah gurih. Aroma bawang putih dan kunyit masih terasa jejaknya di lidah. Goreng belut itu enak disantap dengan cocolan sambal belut. Sabar juga menyediakan sambal tomat, terasi, dan bawang.

Kita boleh memesan sambal atau goreng belut sesuai selera. Mau belut goreng setengah matang oke. Mau belut goreng garing, monggo. ”Tinggal bilang, nanti kami buatkan,” ujar Sabar yang juga ikut memasak menu belut.

Sabar hanya menggunakan belut yang diambil dari sawah. ”Saya tidak mau memakai belut hasil ternak. Rasanya tidak akan seenak belut sawah,” katanya. Memasak nya pun menggunakan tungku tanah berbahan bakar kayu. Alami kesannya.

Warung ini mendapat pasokan belut dari pengepul belut di Kulonprogo, dan Klaten. Dua kali seminggu, mereka mengirim belut hidup masing-masing sekitar 40 kilogram. Belut itu baru disiangi jika ada pesanan.

Selain belut, pada musim-musim tertentu, warung makan ini menyediakan hidangan ikan gabus. Seperti belut, ikan gabus itu juga diolah secara sederhana, yakni digoreng atau dibuat sambal penyet.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com