Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jin De Yuan, Kelenteng Multikultural

Kompas.com - 28/01/2011, 16:24 WIB

KOMPAS.com Warna emas dan merah mendominasi bangunan itu. Pilar gerbang tinggi dan besar dengan warna menyala terang. Tampak lampion-lampion bergelantungan di depan teras depan. Tampak pula relief ukiran naga di depan pintu utama. Kelenteng itu bernama Jin De Yuan, belokasi di Petak Sembilan, Jakarta Barat.

Kelenteng itu dikenal sebagai kelenteng tertua di wilayah Jakarta. Kelenteng didirikan tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen, awalnya diberi nama Koan-Im Teng.

Pengurus Kelenteng Jin De Yuan, Yu Ie (35), mengatakan, tidak seperti kelenteng lain, kelenteng ini merupakan kelenteng umum, artinya tidak secara khusus memuja salah satu agama atau aliran. Masyarakat luas mengenal kelenteng ini sebagai kelenteng multikultur. Aliran atau agama seperti Tao, Buddha, dan Konghuchu, dapat sembahyang di kelenteng ini.

"Umat yang datang ke sini bukan hanya yang aliran tertentu. Aliran Tao, Buddha, dan Konghuchu bisa sembahyang di kelenteng ini. Bahkan dulu Akbar Tandjung dan istri Sutiyoso pernah juga berdoa di sini," kata Yu Ie.

Papan pujian (tahun 1757) yang tergantung di ruang utama dengan jelas menyatakan bahwa di kelenteng ini terdapat berbagai aliran. Di bagian kiri dan kanan pintu dalam kelenteng dipasang syair yang memiliki arti "Pedupaan mas mengepulkan kebahagiaan, semua tempat terbuka, demikian pula dengan alam Dharma. Gerbang kebajikan menampakkan atmosfer kejayaan yang menyebar luas di alam manusia."

Pada masa rezim Orde Baru, upaya pengaturan Tri Dharma sebagai agama juga merupakan hal yang memberatkan etnis Tionghoa.

"Waktu itu agama Buddha melebur dan menyebut tempat ibadahnya menjadi vihara. Hal itu juga memengaruhi bentuk kepercayaan Tri Dharma yang terdiri dari Taoisme, Konghuchu, dan Buddha. Baru saat Gus Dur menjadi presiden, masyarakat Tionghoa berlega hati. Sebab, Gus Dur mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang berisi larangan keras bagi kegiatan kebudayaan etnis Tionghoa di Indonesia. Masyarakat Tionghoa menjadi lebih terbuka dalam mengadakan perayaan, termasuk Tahun Baru Imlek setiap tahun.

"Hal ini berbeda jauh ketika masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pada masa itu penggunaan kata kelenteng tidak diperbolehkan. Kebudayaan China, seperti bahasa Mandarin dan barongsai, dilarang keras," kata Yu Ie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

    Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

    Travel Update
    Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

    Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

    Travel Tips
    Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

    Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

    Travel Update
    Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

    Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

    Travel Update
    Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

    Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

    Jalan Jalan
    Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

    Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

    Jalan Jalan
    5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

    5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

    Hotel Story
    5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

    5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

    Hotel Story
    10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

    10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

    Jalan Jalan
    7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

    7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

    Jalan Jalan
    9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

    9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

    Jalan Jalan
    6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

    6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

    Travel Tips
    3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

    3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

    Jalan Jalan
    Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

    Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

    Travel Update
    Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

    Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com