Namun, pengembangan pasar ini masih terkendala kurangnya orang yang mampu berbahasa Spanyol di Indonesia.
Paviliun Indonesia yang digelar Kementerian Pariwisata di pameran wisata internasional yang berlangsung pada 20-24 Januari ini tidak saja diramaikan peminat asal Spanyol.
Seperti dilaporkan wartawan Kompas, Irene Sarwindaningrum, dari Madrid, Paviliun Indonesia juga menarik konsumen Eropa dan negara-negara Hispanik di Amerika Latin.
Asisten Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika Kementerian Pariwisata Nia Niscaya mengatakan, dengan investasi Rp 1 miliar dari Kementerian Pariwisata, ajang Fitur Madrid ini berpotensi menghasilkan kunjungan dengan nilai Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar.
Selain Bali yang menjadi magnet utama, warga Spanyol terutama juga sangat berminat pada wisata orangutan di Kalimantan.
Akan tetapi, kurangnya pelaku pariwisata di Indonesia yang mampu berbahasa Spanyol masih menjadi kendala untuk benar-benar meraih pasar Hispanik.
Sebab, tak banyak warga Hispanik yang dapat berbahasa Inggris. ”Ini jadi tugas kita ke depan, terutama untuk pemerintah daerah, perlu segera siapkan sumber daya manusia,” ujar Nia.
Indonesia baru kembali dari mengikuti Fitur Madrid setelah absen dalam pameran wisata terbesar di Spanyol tersebut selama empat tahun.
Rini Indyastuti dari Adventure Carstensz mengatakan, antusiasme pengunjung ke Papua ternyata tinggi.
”Mereka rata-rata sudah pernah ke Indonesia dan mencari destinasi baru. Papua menjadi destinasi baru,” kata Rini.
Wisata di Carstensz dan Raja Ampat di Papua merupakan wisata minat khusus dengan harga tinggi. Wisatawan asing rata-rata membelanjakan hingga Rp 100 juta per orang untuk wisata ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.