Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2008, 00:17 WIB

SELAMAT ULANG TAHUN AGUS!  Hari ini, Kamis, 31 Juli, adalah hari yang bersejarah buat Agustinus Wibowo, backpaker Indonesia asal Lumajang, Jawa Timur.  Persis pada hari ini, tiga tahun yang lalu, Agus memulai perjalannya keliling dunia dari Stasiun Kereta Api Beijing, China. Tidak terasa sudah tiga tahun, lajang berusia 27 tahun ini, menyusuri sudut-sudut dunia Asia Tengah melalui jalur darat. 

Dari China ia naik ke atap dunia Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, kemudian menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer yang dilaluinya ia tempuh dengan berbaga macam alat transportasi seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, keledai dan tak ketinggalan jalan kaki.

Perjalanannya ke negara-negara stan yang dimuat di kolom ini sebenarnya bukanlah perjalanan awalnya. Titik nol petualangannya tidak dimulai dari negara-negara pecahan Uni Soviet itu, melainkan di Kargilik, sebuah desa kecil di Selatan China yang berbatasan dengan Tibet. Dari desa kecil itu ia menyelundup ke Tibet dengan menyamar sebagai mahasiswa asal Guangzhou, Provinsi Guangdong di selatan China.

Ia memasuki wilayah Tibet secara ilegal bukan karena ingin mencari pengalaman ditangkap polisi, tapi lantaran birokrasi di negeri atap dunia itu sangatlah njelimet. Orang asing yang ingin ke sana harus megantongi sejumlah izin khusus yang harus didapat melalui birokrasi panjang yang ujung-ujungnya duit.

“Buat ukuran kantong saya yang sangat tipis, permit-permit itu bukan pilihan. Saya juga tak berkehendak menghabiskan ratusan Yuan untuk mengurus kertas-kertas yang tak jelas ke mana juntrungannya. Tekad saya sudah bulat – masuk ke Tibet tanpa ijin,” ujar Agus dalam catatan perjalanannya.

Di Tibet Agus mendapat banyak pengalaman spiritual saat melakukan ziarah suci mengitari Gunung Kailash sejauh 52 kilometer dengan berjalan kaki. Di sana ia nyaris tenggelam di sungai karena kakinya yang keseleo dan rasa letih membuatnya luput menginjak batu di tengah arus sungai yang deras.

Dari Tibet Agus melanjutkan perjalanannya ke Nepal. Ziarah suci hidup mati di Gunung Kailas terulang lagi saat ia memutuskan mendaki Annapurna. Annapurna adalah serangkaian puncak Himalaya yang terletak di bagian barat Nepal. Annapurna I, puncak tertingginya mencapai 8.000 meter, dikelilingi saudara-saudaranya yang di atas 7.000 meter, senantiasa diselimuti salju. Oksigen sangat tipis di atas sana.  

Perlu dicatat di sini, ketika Agus mengunjugi Nepal negeri ini masih berbentuk kerajaan. Pada 11 Juni 2008 Raja Gyanendra, Raja terakhir Nepal, meninggalkan istananya. Kini Nepal adalah sebuah negara republik.

Setelah Nepal, negara selanjutnya yang ia jelajahi adalah India. Agus langsung mendapat “tamparan keras” di wajahnya ketika sisi lain India menyambutnya di hari pertama. Negeri ini penuh dengan warna, menjengkelkan tapi juga menyenangkan saat dikenang.

Selanjutnya, catatan perjalanan di serial kedua Kolom Petualang akan diakhiri dengan kisah perjalanan Agus di Pakistan. Cukup lama ia tinggal di negeri ini. Ia sempat mengunjungi satu wilayah di negara itu yang selama 2,5 bulan tidak pernah mendapat sinar matahari. Sebuah kawasan yang terlupakan, tersembunyi di balik gunung. Di sana, yang ada hanya gelap gulita, hitam pekat.

Nah, mulai Senin (4/8) pekan mendatang, Anda bisa menikmati napak tilas perjalanan Agus di empat negara itu.  Seluruh perjalan di seri kedua ini menghabiskan waktu  kurang lebih satu tahun, sejak Juni 2006 hingga Juni 2007.

Selamat menikmati...
Salam Petualang....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com