Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Murah, Rasa "Mewah" Bakmi Jawa Gunung Kidul

Kompas.com - 19/09/2008, 17:24 WIB

"Wedang jahe keprek satu, Pak!", celetuk seorang pria tinggi besar pada pemilik warung yang sedang menyajikan bakmi godhog (rebus). Uap hangat masakan itu meruapkan aroma bawang putih, merica dan lada. Menggoda indra pencium pengunjung warung berkonsep lesehan di ruang terbuka tersebut.
 
Pemilik warung hanya mengangguk sebagai jawaban sambil membawa sepiring bakmi godhog dengan ati ampela dan taburan seledri dan bawang goreng. "Monggo didhahar, mangke menawi adem mboten eco (Silakan dinikmati, nanti kalau sudah dingin tidak enak lho)," tutur Sutomo (46), pemilik warung dengan logat Jawa medhok.
 
Warung ini bukan di pedalaman kampung-kampung Jawa Tengah. Warung ini ada di Jakarta, tepatnya di Jl Kalibata Raya. Kalau Anda melintas dari arah Taman Makam Pahlawan Kalibata ke arah Jl Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Anda akan menemukan warung "berjudul" Bakmi Jawa Sensasi Gunung Kidul. Warung ini mulai membuka gerainya sore hari pukul 16.00 dan tutup pukul 24.00 WIB.

Itulah salah satu istimewanya menikmati masakan ini, mengingatkan pada kampung halaman, sambil menikmati kuah hangat bakmi godhog, diiringi tembang Jawa dan gamelan mengalun. Ditambah minuman jahe keprek atau teh poci dengan gula batu. Mmmmh, nikmatnya serasa di pinggir sawah kampung halaman...
 
Meja-meja pendek ditata di atas karpet di sebelah kanan, sedangkan di kiri berjajar meja dan kursi biasa. Meski letaknya di pinggir sungai Ciliwung, tempatnya bersih dan nyaman untuk nongkrong berlama-lama.

Menjelang berbuka puasa, pengunjung yang berdatangan semakin banyak, sedangkan yang sudah antre setengah jam yang lalu belum dilayani. Kalau dipikir apa istimewanya masakan bakmi Jawa bertitel Sensasi Gunung Kidul ini?
 
Padahal seperti kebanyakan bakmi Jawa lainnya, Sutomo juga memasak dengan arang dan anglo kekhasan masakan itu. "Kalau itu sudah pakemnya, bukan bakmi Jawa kalau pake kompor minyak," ujar ayah dua putri itu.
 
Rahasia lain mengapa pengunjung selalu ketagihan datang ke warungnya ini, pria asal Wonogiri ini mengaku hanya menuruti pesan pelanggan pertamanya dulu. "Yen wedhang pait ojo didol, merga wedhang kui nggawa kadhang. (Kalau teh tawar gratis saja, karena minuman itu bisa membawa persaudaraan)," ujar Sutomo menirukan pesan pelanggannya dulu.
 
Sampai sekarang, teh tawar tanpa gula di warungnya diberikan gratis. Padahal, sajian teh poci dan jahe keprek (jahe yang dibakar lalu ditumbuk kasar) itu minuman pendamping bakmi Jawa yang paling pas.
 
Teh yang disajikan pun rasanya mantap meski tanpa gula. Sutomo selalu memakai "teh pecut" asli dari Wonogiri yang rasanya sedikit pahit tapi meninggalkan kesan "ginasthel" atau legi panas kenthel (manis panas dan kental khas teh Yogya dan Solo).
 
Kalau ditanya harga, siapa menyangka rasa dan suasana nostalgia kampung halaman bisa didapat hanya merogoh kocek Rp 10 ribu. Seporsi bakmi godhog dan minuman dapat dinikmati ditambah bisa nongkrong berlama-lama di situ. Tak hanya bakmi godhog, bakmi goreng dan nasi goreng dengan aneka variasi juga menjadi menu tambahan dengan harga masih di kisaran Rp 10 ribu-15 ribu.
 
Tak heran, baru dibuka November tahun lalu warung ini sudah dibanjiri pelanggan. Memang selain warung di Kalibata ini, ada juga cabang utama di Kramat Jati, depan RS Polri. "Kalau yang di Kramat Jati sudah empat tahun, ini cabang yang di sana," ujar Sutomo yang dibantu empat anak buah ini.
 
Bila sedang ramai pengunjung, suami dari Tanti itu mengaku bisa memperoleh Rp 800 ribu sehari. "Ya, kalau sepi cuma Rp 400 ribu, tapi alhamdulillah sekarang sudah mulai dikenal, tidak seperti dulu waktu pertama kali buka hanya dapet Rp 100 ribu," katanya mengenang.
 
Kalau ingin mengenang masa-masa di kampung halaman, tempat ini paling pas mengingat suasananya penuh kesederhanaan tanpa polesan. Nongkrong berlama-lama khas angkringan dengan memesan wedhang jahe pun tak apa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com