Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasi Kebuli, dari Tradisi ke Rumah Makan

Kompas.com - 21/02/2009, 08:18 WIB
NASI kebuli masakan khas Betawi? Tidak mudah mengiyakan tanpa menjelaskan tradisi di sekitar nasi kebuli. Sebab, bukan hanya etnis Betawi atau orang Indonesia yang mengenal nasi kebuli, tetapi juga negara lain seperti di Malaysia. Di beberapa kampung di Distrik Pahang dan Kuala Lipis, misalnya, nasi kebuli juga disajikan pada setiap acara peringatan Maulid Nabi atau pada acara tradisi setempat.

Hal serupa berlangsung di Jawa Timur, di Kampung Arab Empang dan Lelongok, Bogor, Jawa Barat, serta Masjid Keramat Luar Batang, Jakarta Utara. Acara diawali shalawat, lalu melantunkan riwayat nabi, disusul ceramah sejumlah ulama sebelum akhirnya sampai pada acara makan nasi kebuli bersama.

Di Indonesia, resep nasi kebuli diperkenalkan orang-orang Kerala, India. Karena kepiawaiannya memasak, mereka dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Selain berdagang, orang-orang Gujarat yang populer dengan sebutan sebagai orang Koja ini juga menyebarkan agama Islam dan tradisi mereka, termasuk makan nasi kebuli bersama.

Kehadiran orang-orang Koja kemudian terdesak oleh kedatangan para pedagang dari Yaman Selatan yang juga membawa resep nasi kebuli.

Menurut Wahyuni Mulyawati dan Ilse Harahap dalam bukunya Hidangan Betawi (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2007), resep nasi kebuli memang berasal dari Yaman Selatan atau Hadramaut. Namun, masyarakat Betawi yang sudah lebih dahulu mengenal resep nasi kebuli dari orang Koja tetap membuat nasi kebuli ala orang Koja.

Mereka menganggap resep nasi kebuli orang Koja yang lebih kaya rempah lebih dekat dengan lidah orang Betawi. Sampai sekarang, peranakan Hadramaut Betawi yang membuka warung nasi kebuli lebih banyak memilih resep orang Koja ketimbang resep asalnya. Karena lekat dengan tradisi Betawi, nasi kebuli akhirnya diakui sebagai masakan Betawi.

Tahun 1960-an, nasi kebuli tidak hanya disajikan pada acara-acara tradisi atau pada peringatan Maulid Nabi, tetapi mulai merambah ke pasar. Dalam upaya bisnis ini tetap bertahan, porsi, rasa, dan penampilannya pun diubah sesuai keinginan pasar yang berkembang.

Tempat populer

Saat ini masih ada beberapa warung nasi kebuli Betawi di Condet, Jakarta Timur. Maklum, kawasan tersebut kini menjadi kantong peranakan Hadramaut Betawi terbesar. Mereka awalnya tinggal di daerah Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat; dan Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur. Sebagian lagi berasal dari Pekalongan. Beberapa warung yang populer di sana adalah Restoran dan Catering Puas, Sate Tegal Abu Salim, Warung Sewun, dan Restoran Al Mukala.

Di luar Condet, ada Rumah Makan Ibu Layla, Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna di Jalan KH Abdullah Syafei Nomor 31 Jakarta Selatan, Restoran Sinbad di Petamburan, Jakpus, dan Special Curry di Jalan Galaxi Raya 299A, Bekasi Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com