Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percintaan Luc dan Ellie di Alas Purwo

Kompas.com - 28/04/2009, 12:17 WIB

Apa jadinya jika cinta dua sejoli menyatu dengan cinta pada peri- kehidupan alam liar? Jawabnya: kenekatan pasangan Luc dan Ellie di pantai sunyi Plengkung, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, yang terkenal angker itu.

Kami mengenal keduanya saat mereka minta tumpangan pada Mazda double cabin yang kami gunakan, Minggu (26/4) pukul 14.00 di pos penjagaan Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

”Saya sudah tidur di pinggir pantai dua hari. Kami bikin api dan masak mi. Kami mau coba ke Plengkung untuk surfing,” kata Luc (23), anak muda yang mengaku dari London dan baru saja menggelandang di Pulau Dewata selama sepekan bersama istrinya, Ellie, asal Afrika Selatan.

Alam asli, liar, tapi berbiaya murah; itulah obsesi dan cara pendekatan Luc dan Ellie van der Walt (21) akan ”dunia” mereka. Demi menghemat biaya pula, tiga hari sebelumnya sejoli itu memilih menyeberang dengan feri dari Gilimanuk, Bali, ke Ketapang, Banyuwangi.

Masalah sebenarnya sudah timbul menjelang masuk Hutan Purwo, saat kami melewati pos penjagaan pertama Rowobendo. Margo, penjaga tiket, bertanya, ”Mau berwisata atau mencari bahan berita, Mas. Kalau mencari bahan berita, tidak boleh. Kalau berwisata, boleh masuk.”

”Kami pilih berwisata saja, Mas Margo,” jawab kami buru-buru. ”Ya, silakan. Soalnya kalau mau meliput harus bawa simaksi, surat izin masuk kawasan konservasi,” kata Margo sopan sekali.

Kawasan Taman Nasional Alas Purwo meliputi luas areal sekitar 43.420 hektar (ha) dan hampir 40 persen merupakan hutan bambu. Tipe vegetasi utamanya hutan hujan tropis dataran rendah dan terdapat mamalia besar, banteng. Sedangkan mamalia kecil antara lain rusa, kijang, babi hutan, macan tutul, dan kera. Jenis burung yang sering dijumpai: ayam hutan, beo, kangkareng, jalak, puter, dan ketilang. Rombongan ekspedisi bahkan bersua dengan kijang, rombongan merak, lutung, monyet, serta puluhan rase.

Margo menerangkan, dari Pos Pancur—yaitu pos selanjutnya yang berjarak sekitar 8 kilometer—mobil dan motor tidak boleh masuk kecuali harus menyewa mobil pengelola kawasan itu, Rp 130.000 per mobil.

Masalah

Di Pancur, pos kedua, inilah Luc dan Ellie bergabung. Keduanya rela terguncang-guncang di bak belakang sampai di Plengkung, pantai yang melengkung, dan ternyata amat sangat populer bagi kalangan peselancar dunia dengan sebutan G-Land. Disebut G-Land karena pantainya melengkung mirip huruf G.

Konon di G-Land inilah gelombang besar terhimpun dan gelombang panjang bergulung bertalu-talu. Inilah satu dari empat tempat serupa di dunia yang masuk kategori ”impian” bagi peselancar sejagat. ”Memang, Pak, Plengkung ini sangat populer. Lihat saja di internet,” kata Nanang, petugas jaga Taman Nasional Alas Purwo di Pos Pancur.

Persoalan mendadak jadi kompleks. Bayangkan, tempat paling favorit bagi peselancar sejagat itu ternyata ada di dalam Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Istilah taman nasional bagi sebagian besar penduduk pedesaan adalah teror karena beberapa yang terjadi di Indonesia, begitu satu kawasan dinyatakan sebagai taman nasional, kawasan itu steril dari penduduk, aktivitas apa pun. Petani pencari rumput pun harus menyingkir dari sana.

Namun, di Alas Purwo, taman nasional itu ”menyewakan” kepada empat investor untuk membangun cottage atau resor, yaitu Plengkung Indah Wisata alias Joyo’s Camp, Wanasasi Pramita Ananta atau Bobby’s Camp, Wana Wisata Alam Hayati (WWAH) alias Raymond’s Camp, dan Kenari Wisata alias Tiger’s Camp. ”Kontrak mereka 20 tahun untuk kawasan antara 2 hektar sampai 5 hektar. Kalau mereka melanggar, seperti salah satu resor, ya langsung dicabut. Tapi ini urusan orang atas, Mas,” kata salah satu petugas lapangan.

Masalah kedua, Luc dan Ellie adalah backpacker, pelancong miskin yang langsung mundur begitu ditodong tarif cottage Raymond’s Camp alias WWAH 45 dollar AS per malam. ”Itu terlalu mahal. Itu untuk orang kaya,” begitu gerutu Luc.

Masalah ketiga: inilah kontradiksinya: sedikitnya 40 goa karst di Alas Purwo ini adalah kawasan sakral, lahan untuk bersemadi bagi pencinta selancar batin sejak zaman Majapahit. Nanang, anggota staf taman nasional itu, menyebut goa-goa tersebut adalah tempat bertapa para ”peselancar batin”.

”Kebetulan yang banyak orang Jawa dan orang lokal, Mas,” kata Nanang sambil menyebutkan sejumlah nama pejabat dan tokoh masyarakat yang ternyata pernah bertapa, antara lain di Goa Mangreng, Padepokan, Basori, Mayangkara, Istana, dan Goa Haji.

Karena biaya menginap tak terjangkau itulah Luc dan Ellie duduk muram di karang pantai, beberapa meter dari cottage WWAH tadi. Di belakang mereka, beberapa orang dari WWAH menjual hotdog dan roti bakar lengkap dengan pemanggang listriknya di sana. Mereka juga menyediakan bir.

Luc hanya mengelus-elus kaki istrinya yang bentol di mana-mana karena gigitan nyamuk. ”Saya ini pelukis dan pematung. Saya hanya ingin eksplor, eksplor mencari tempat-tempat sunyi dan liar,” kata Luc yang kumisnya mengingatkan pada tokoh perompak mbeling Johnny Depp dalam Pirates of The Caribbean.

Setiba dari Bali, Luc dan Ellie sudah menginap di Alas Purwo, benar-benar tidur di alam terbuka, pinggir hutan yang berbatas laut, hanya mengandalkan sleeping bag. Pasangan suami-istri belia itu tidur di Pantai Triangulasi, tak jauh dari Pos Pancur. Di sekitar mereka berwisata ”ala Tarzan” itu, puluhan turis asing yang berduit minum bir dan bercengkerama menunggu gelombang pasang.

Oke, oke. Kami ikut balik saja ke Pos Pancur. Kami bisa diantar ke goa-goa tempat bertapa? Kami mungkin akan tidur di sana,” kata Luc dan Ellie.

”Baik, malam ini saya akan cerita tentang goa-goa dan para pertapa itu. Silakan ke warung dulu,” kata Nanang menghibur Luc dan Ellie yang gagal menikmati ombak Plengkung seperti turis bule lain.…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

    Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

    Travel Update
    Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

    Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

    Jalan Jalan
    Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

    Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

    Travel Update
    7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

    7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

    Jalan Jalan
    5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

    5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

    Travel Update
    Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

    Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

    Travel Update
    Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

    Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

    Jalan Jalan
    Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

    Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

    Jalan Jalan
    KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

    KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

    Travel Update
    Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

    Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

    Travel Update
    5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

    5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

    Hotel Story
    Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

    Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

    Travel Update
    Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

    Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

    Travel Update
    Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

    Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

    Travel Tips
    Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

    Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com