Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Gili "Desa Dunia" di Tengah Laut Lombok

Kompas.com - 23/01/2010, 10:05 WIB

KOMPAS.com — Inilah "desa dunia" pasca-Bali. Ini memang julukan bagi obyek wisata tiga gili atau pulau kecil yang berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Sebutan itu dapat dibuktikan melalui keberadaan sejumlah hotel berbintang yang umumnya milik investor asing yang bekerja sama dengan warga setempat sebagai pemilik lahan. Pesisir tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air, juga didominasi turis muda usia dari mancanegara, yang berwisata di pulau kecil yang masih bersih dari polusi dan terpisah dari Pulau Lombok itu.

Suasana ”desa dunia” sangat kental di Trawangan. Hal ini terindikasi dari bahasa yang digunakan wisatawan, seperti bahasa Jerman, Perancis, Spanyol, dan Jepang; malah ada sekelompok kecil wisatawan yang berkomunikasi dengan bahasa Lebanon. Meski demikian, pelancong yang berbahasa Inggris lebih dominan.

Tidak seramai Kuta, Bali, memang, tetapi Ali dan Kahlil, keduanya wisatawan warga Swedia keturunan Lebanon, mengaku terhibur dengan suasana Trawangan. ”Di sini suasana tenang, alami, tidak ada polusi, saya suka,” ujar Ali, yang bersama 12 rekannya tinggal selama tiga hari pada pertengahan Januari.

Di Gili Trawangan tidak diizinkan menggunakan kendaraan bermesin. Yang diizinkan hanya cidomo (kendaraan khas), kuda, dan sepeda gayung. Transportasi ini disewakan kepada wisatawan yang ingin jalan-jalan mengitari pulau seluas 338 hektar itu.

Gili Trawangan yang berada di deretan barat menjadi pilihan utama karena memiliki fasilitas lebih lengkap, seperti penginapan, hiburan malam, serta sarana komunikasi dan transportasi yang nyaris sepanjang hari melayani warga lokal ataupun wisatawan dari Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang, ke Gili Trawangan, termasuk ke Gili Air yang berada di deretan paling timur.

Gili Meno

Agak berbeda dengan Gili Meno, yang diapit dua pulau tetangganya, sarana dan prasarana pendukungnya kurang lengkap meski suasana lingkungan sekitar Meno relatif sepi dan tenang, mungkin cocok untuk wisata keluarga.

Dari tiga gili itu, wisatawan dapat menikmati matahari terbit dari balik Gunung Rinjani, lalu matahari terbenam, dan Gunung Agung di Bali, serta berbagai atraksi bahari yang disukai, seperti diving dan snorkling. Ada taman laut Meno Wall, dinding tebing curam di antara Meno dan Trawangan, yang bisa disaksikan pada kedalaman 15 meter.

Gili Meno juga dilengkapi danau ”alam” berair asin, serta area tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi, aneka jenis dan warna ikan hias, seperti tiger fish, blue moon, dan ikan kepe-kepe yang masuk keluar terumbu karang. Para penyelam pun membawa roti yang dimasukkan dalam botol bekas air mineral. Saat di dalam air, roti itu disemprotkan guna menarik perhatian ikan hias itu.

Kecuali ribbon coral dan finger coral, hampir di semua tempat di perairan tiga gili itu terdapat terumbu karang berwarna biru. Terumbu karang biru masuk marga Acropora. Warna biru itu disebabkan warna pigmen Zooxanthela atau alga bersel tunggal berwarna biru dan hidup bersimbiosis dalam jaringan karang. Suasana ini bagaikan karang biru di Laut Karibia.

Mau uji nyali? Cobalah naik boat ke sekitar 100 meter barat-selatan dari Gili Trawangan. Di situ, selain ada ikan hias lion fish dan ikan sotong, juga ada shark point, sarang ikan hiu white tip di kedalaman 25-30 meter. Bagi yang mengikuti kursus selam, lokasi ini wajib dikunjungi.

Jika enggan berbasah-basah, ada glass bottom boat yang lantainya tembus pandang.

Menuju Gili

Banyak jalan menuju gili itu. Jika sekadar tur singkat atau ”cuci mata”, bisa mencarter boat dari obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, yang sewanya Rp 350.000-Rp 550.000. Senggigi-Trawangan ditempuh sekitar 60 menit dengan boat.

Menumpang angkutan umum dari Senggigi ke Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang—pintu masuk ke tiga gili itu—adalah alternatif lain. Kondisi jalan di jalur ini beraspal hotmix, dengan medan menanjak dan tikungan menelusuri kawasan pantai serta pada tempat tertentu dari kejauhan tampak gugusan tiga gili itu.

Boleh juga menumpang angkutan umum dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, ke Pelabuhan Bangsal. Dalam perjalanan, para wisatawan singgah sejenak di sekitar kawasan Hutan Pusuk, bermain-main dengan komunitas kera abu-abu kemudian mencicipi air tuak manis yang dijajakan di pinggir jalan.

Sekalian juga menengok proses produksi gula merah yang dilakukan warga di sekitar kawasan hutan itu, dari mengambil air aren di pohonnya sampai mengolahnya menjadi gula jawa.

Keunggulan komparatif tiga gili itu menjadi magnet yang dinikmati wisatawan, kalangan usaha, dan masyarakat. Hanya, mengedepankan hitung-hitungan ekonomi yang diraih lalu mengabaikan aspek lingkungan justru memperburuk persoalan lingkungan yang dalam dua dekade terakhir ini dirasakan masyarakat. Jika lalai menjaga lingkungan yang menjadi daya tarik tiga gili itu, maka niscaya ”desa dunia” ini ditinggal pelancong. (Khaerul Anwar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata Air Terjun di Lumajang, Cocok untuk Healing Sejenak

5 Wisata Air Terjun di Lumajang, Cocok untuk Healing Sejenak

Jalan Jalan
Rental Mobil Jadi Pendukung Pariwisata DIY, Ini Cara Pemilik Cegah Praktik Penggelapan

Rental Mobil Jadi Pendukung Pariwisata DIY, Ini Cara Pemilik Cegah Praktik Penggelapan

Travel Update
Wisata Tanaman Aglaonema Park Terbesar di Indonesia Ada di Kabupaten Sleman

Wisata Tanaman Aglaonema Park Terbesar di Indonesia Ada di Kabupaten Sleman

Travel Update
4 Tips Lihat Video Mapping di Kota Tua pada HUT ke-497 Jakarta, Awas Copet

4 Tips Lihat Video Mapping di Kota Tua pada HUT ke-497 Jakarta, Awas Copet

Travel Tips
Pengalaman ke Istana Daendels di Jakarta, seperti Labirin yang Megah

Pengalaman ke Istana Daendels di Jakarta, seperti Labirin yang Megah

Jalan Jalan
Kota Tua Dipadati Pengunjung Jelang Video Mapping HUT ke-497 Jakarta

Kota Tua Dipadati Pengunjung Jelang Video Mapping HUT ke-497 Jakarta

Travel Update
Mengenang Karya Benyamin Sueb Lewat Pameran Biang Kerok di Museum Kebangkitan Nasional

Mengenang Karya Benyamin Sueb Lewat Pameran Biang Kerok di Museum Kebangkitan Nasional

Travel Update
Bromo Kebakaran Lagi, Kali Ini di Kawasan Gunung Batok

Bromo Kebakaran Lagi, Kali Ini di Kawasan Gunung Batok

Travel Update
Sejarah Gedung AA Maramis di Jakarta, Dikenal sebagai Istana Daendels

Sejarah Gedung AA Maramis di Jakarta, Dikenal sebagai Istana Daendels

Jalan Jalan
Munich Jadi Kota Paling Nyaman untuk Berjalan Kaki di Dunia

Munich Jadi Kota Paling Nyaman untuk Berjalan Kaki di Dunia

Jalan Jalan
Acara Seru pada HUT Ke-497 Jakarta, Pertunjukan Cahaya hingga Seni Budaya Betawi

Acara Seru pada HUT Ke-497 Jakarta, Pertunjukan Cahaya hingga Seni Budaya Betawi

Travel Update
4 Wisata di Jember Dekat Stasiun, Ada Kampoeng Batja

4 Wisata di Jember Dekat Stasiun, Ada Kampoeng Batja

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Nusantara Edupark Madiun

Rute Menuju ke Nusantara Edupark Madiun

Jalan Jalan
9 Wisata Keluarga di Sentul, Kunjungi Saat Berlibur

9 Wisata Keluarga di Sentul, Kunjungi Saat Berlibur

Jalan Jalan
Harga Tiket Masuk di Nusantara Edupark Madiun

Harga Tiket Masuk di Nusantara Edupark Madiun

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com