Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Bernama Promosi Wisata

Kompas.com - 01/04/2010, 17:17 WIB

Anita Yossihara

Langit di atas kota Perth, Australia Barat, pada Sabtu (20/2) terlihat biru bersih. Terik mentari tak menyurutkan langkah ribuan warga Perth menuju Burswood Entertainment Complex, tempat pameran wisata dan biro perjalanan wisata berlangsung.

Mereka mulai berdatangan sebelum pameran yang bertajuk Perth Tourism and Travel Expo itu dibuka, sekitar pukul 10.00 waktu Perth. Kios-kios yang menawarkan pariwisata di Pulau Bali langsung penuh sesak begitu pameran dibuka.

Sebut saja kios pameran Rama Hotel Bali yang berada di bagian depan langsung diserbu pengunjung. Begitu pula kios pameran milik Asosiasi Hotel Bali yang terlihat paling mencolok dipenuhi pengunjung.

Kios-kios lain yang menawarkan pariwisata Bali, seperti Bounty Group, Water Express, penyedia paket perjalanan Bali-Lembongan-Gili-Lombok, juga ramai.

Kios pameran milik Konsulat Jenderal RI (KJRI) Perth dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tak kalah ramai. Banyak pengunjung yang datang menanyakan obyek-obyek wisata di Indonesia, khususnya Bali.

Ribuan bendel pamflet dan buku berisi informasi tentang kekayaan seni budaya serta tempat wisata Indonesia pun habis terbagi selama dua hari pameran, 20-21 Februari.

Berbeda dengan kios pameran lain dari Indonesia, kios pameran KJRI Perth dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mempromosikan pula tempat wisata dan budaya di daerah lain di Indonesia. Di antaranya wisata-wisata alternatif seperti arung jeram di Sungai Citarik, Bogor, Jawa Barat, wisata kuliner, dan wisata spa. Selain itu, seni warisan leluhur seperti wayang kulit dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, wayang golek dari Jawa Barat, dan batik yang sudah ditetapkan sebagai warisan dunia asal Indonesia.

Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, juga tak ketinggalan dipromosikan. Banner berisi ajakan untuk memilih komodo menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dipajang di kios pameran.

Promosi pariwisata melalui pameran seperti Perth Tourism and Travel Expo diyakini sebagai cara yang efektif untuk menawarkan pariwisata di Indonesia. Tak heran jika perwakilan pemerintah melalui KJRI Perth dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tak pernah absen mengikuti pameran tahunan itu.

Bahkan, asosiasi hotel di Bali tak ragu-ragu merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa mengikuti pameran. Setiap tahun, mereka turut serta dalam Perth Tourism and Travel Expo.

”Setiap tahun kami selalu ikut pameran di sini. Kami juga sering bersama-sama keliling Australia untuk mempromosikan pariwisata Bali,” kata Darmawan P Drajat, General Manager Kamandalu Resort, Bali, yang ikut menjaga kios pameran.

Bersama 37 pengelola hotel di Bali lainnya, Darmawan menyewa kios pameran dengan ukuran paling besar. Dana untuk menyewa dan menghias kios pameran merupakan hasil iuran 38 hotel di Bali.

Pasar utama

Darmawan menegaskan, promosi dalam bentuk pameran memang efektif untuk menawarkan pariwisata di Bali. Apalagi di Australia, yang merupakan pasar utama pariwisata Bali.

Ungkapan Darmawan bukanlah isapan jempol. Buktinya kios-kios yang menawarkan paket wisata dan perjalanan ke Bali selalu penuh sesak. Setiap hari, ribuan pengunjung mengantre secara bergantian memesan paket wisata ke Pulau Dewata.

Selain mudah, perjalanan dari Perth menuju Denpasar, Bali, pun relatif mudah. Hanya dibutuhkan waktu lebih kurang 3,5 jam perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang.

Hampir semua pengunjung pameran mengaku sudah pernah ke Bali. Para pengunjung pun selalu bercerita tentang keindahan Bali, yang membuat mereka selalu ingin kembali berlibur ke Pulau Dewata. Umumnya mereka sudah lebih dari satu kali mengunjungi Bali.

Bahkan, seorang kakek bernama Sylviane hampir setiap tahun berlibur ke Bali bersama istrinya. ”Terakhir ke Bali bulan Juli 2009,” ucapnya.

Dia menceritakan, istrinya sangat menyukai Bali. Baru tahun ini pasangan yang sudah lanjut usia itu absen ke Bali karena lutut Sylviane cedera.

Sumber devisa

Perihal Australia sebagai pasar utama wisata Bali dibenarkan Kepala Seksi Promosi Wilayah Pasifik Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Molly Prabawati. Menurut dia, Bali sudah menjadi rumah kedua bagi warga Australia. Hasil survei menunjukkan, 64,12 persen wisatawan Australia sudah lebih dari dua kali berkunjung ke Bali. Sisanya, sekitar 35,88 persen, baru satu kali berlibur ke Pulau Dewata.

Dari tahun ke tahun, jumlah wisatawan asal Australia terus bertambah. Penurunan pernah terjadi pasca-bom Bali I pada tahun 2002, tetapi kemudian kembali beranjak naik. Kunjungan wisatawan asal Australia kembali menurun dua tahun kemudian setelah terjadi bom Bali II tahun 2005.

Berdasarkan data dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, total wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia tahun 2002 mencapai 346.242 orang dan turun menjadi 286.538 orang akibat bom Bali I. Setahun kemudian kondisi mulai membaik, jumlah wisatawan Australia yang datang ke Indonesia naik 51,33 persen dari tahun sebelumnya, atau sekitar 406.389 orang.

Tahun 2005 saat terjadi bom Bali II, jumlah wisatawan Australia kembali turun menjadi 391.862 orang dan semakin menurun pada 2006 yang hanya sebanyak 226.981 orang. Kondisi pariwisata mulai pulih tahun 2007 di mana terjadi kenaikan kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia yang mencapai 314.432 orang (38,5 persen). Kunjungan warga Australia ke Indonesia terus naik menjadi 399.961 orang pada tahun 2008 dan 522.362 orang tahun 2009.

Kenaikan kunjungan wisatawan Australia bisa mendongkrak devisa negara. Berdasarkan hasil penelitian yang disebutkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, pada tahun 2009 rata-rata lama tinggal warga Australia di Indonesia adalah 10,22 hari. Satu wisatawan rata-rata membelanjakan uang 141,67 dollar AS (sekitar Rp 1,275 juta) per hari, atau 1.447,35 dollar AS (Rp 13,03 juta).

Jika dikalikan jumlah wisatawan yang berkunjung tahun 2009, total uang yang dibelanjakan mencapai 849,51 juta dollar AS (Rp 7,646 triliun). Sementara berdasarkan data, devisa negara yang bersumber dari wisatawan Australia juga terus mengalami kenaikan. Tahun 2006 jumlah devisa yang masuk dari wisatawan Australia mencapai 301,96 juta dollar AS, tahun 2007 sebanyak 376,67 juta dollar AS, dan tahun 2008 sebesar 668,22 juta dollar AS.

Sadar akan potensi itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pun gencar melakukan promosi wisata ke sejumlah negara. ”Tahun ini, khusus untuk Australia, kami melakukan 14 kali kegiatan promosi wisata,” kata Molly.

Selain pameran, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata juga sudah berkali-kali menggelar pergelaran seni-budaya Indonesia di Australia. Bahkan, setiap tahun, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menggelar sales mission, program promosi yang langsung mempertemukan para pelaku wisata di Indonesia dengan calon wisatawan. Program tahunan ini biasa digelar di sejumlah kota besar di Australia.

Bukan hanya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, perwakilan RI di luar negeri juga turut mempromosikan pariwisata Indonesia. KJRI Perth, misalnya, menggelar paling sedikit dua kali promosi wisata setiap tahun.

Melihat pertumbuhan wisatawan dan sumbangan devisa yang terus meningkat, bukan mustahil jika ke depan sektor pariwisata menjadi penyumbang terbanyak devisa negara. Tidak begitu berlebihan apabila promosi wisata disebut sebagai bentuk investasi baru yang hasilnya akan dinikmati anak-cucu atau generasi bangsa mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com