Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandeq, Perahu Layar Khas Mandar

Kompas.com - 27/01/2013, 19:23 WIB

PERNAH dengar sandeq? Sandeq Race? Mandar? Ya, di pesisir Teluk Majene, tepatnya di perairan Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Ramon Y Tungka, pembawa acara program "Kampung Main" di Kompas TV, belajar melayarkan sandeq.
 
Sandeq adalah perahu layar khas orang Mandar. Bentuknya ramping, memiliki cat putih bersih dan menggunakan layar segitiga. Sandeq merupakan  warisan budaya Austronesia yang terus berkembang dari masa ke masa.

Keberadaan sandeq merupakan perwujudan keinginan nelayan Mandar akan sebuah perahu layar tradisional yang kuat, laju, ringan, sekaligus cantik. Menurut pengamat budaya Mandar, Muhammad Ridwan Alimuddin, perahu sandeq muncul di tahun 1930-an.

Sandeq muncul di awal tahun 30-an. Jadi, sebagai teknologi, masih baru. Sebelum sandeq, ada perahu pakur. Perbedaan sandeq dan pakur terletak pada layarnya. Layar pakur segi empat, istilahnya layar tanjaq. Layar ini layar khas di daerah Austronesia. Lama kelamaan, lahirlah perahu sandeq,” terang bapak satu anak berdarah Mandar ini.

Sebelum belajar melayarkan perahu sandeq, Ramon menjajal menumpang sandeq yang tengah bersiap melaut untuk melakukan motangnga. Sepertinya, Ramon datang di saat yang tepat!

Perahu sandeq yang dinakhodai Pak Subuki di pesisir Desa Pambusuang tengah bersiap melaut untuk melakukan motangnga. Biasanya, motangnga dilakukan di antara dua musim angin, yakni akhir musim angin barat hingga awal musim angin timur atau antara bulan April hingga Agustus.

Motangnga

Motangnga, yang dalam bahasa setempat berarti ‘menengah’ atau ‘ke tengah’, merupakan puncak tradisi kegiatan perikanan nelayan Mandar. Dalam motangnga, nelayan Mandar menghabiskan waktu selama 10 hingga 15 hari berhanyut-hanyut di tengah laut untuk berburu telur ikan terbang.

“Habitat ikan terbang saat bertelur itu di laut dalam, palung, yang dalamnya sekitar 2-3 kilometer di bawah laut. Jadi kita ndak bisa menangkap ikan di dekat darat, karena saat musim kawin, mereka ada di laut dalam,” ujar Ridwan yang sudah menelurkan lima buah buku seputar Mandar dan laut ini.

Untuk menangkap telur ikan terbang, digunakan epe-epe. Epe-epe merupakan sebuah perangkap yang terdiri dari lembaran-lembaran daun kelapa kering yang diikatkan pada bilah-bilah bambu atau rotan.

Selain epe-epe, nelayan Mandar juga kerap menggunakan buaro atau bubu hanyut, perangkap yang terbuat dari bambu berbentuk tabung yang bagian mulutnya diberi lembaran-lembaran kelapa atau kulit jagung kering. Bila epe-epe hanya berfungsi sebagai sarang bertelur ikan terbang, maka buaro memiliki fungsi ganda, yakni perangkap ikan terbang sekaligus sarang bertelur.

Motangnga terbilang istimewa dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan lainnya. Dalam motangnga, ada beberapa pemali atau pantangan dan ussul atau penyimbolan yang harus dipatuhi para potangnga atau nelayan yang melakukan motangnga.
    
“Misalnya seorang nakhoda ingin berangkat motangnga, sebelum berangkat dianjurkan memegang bagian atas pintu rumahnya supaya rejekinya naik. Atau jika sewaktu berangkat bertemu dengan orang hamil atau sedang membawa air, maka itu berarti akan membawa rejeki,” jelas Ridwan lagi.

Sebelum melaut ke tengah laut, para nelayan Mandar biasanya mencari paqbulu, sebutan untuk sejenis alga laut yang banyak terdapat di perairan dangkal. Berwarna kecoklatan, alga laut ini memiliki istilah Sargassum sp. atau alga coklat.

Sargassum ini digunakan untuk menyamarkan sekaligus memberi aroma laut pada daun kelapa di perangkap ikan yang nantinya menjadi tempat bertelur ikan terbang. Konon, menurut kepercayaan nelayan Mandar, jika paqbulu tidak ada, jumlah telur ikan terbang yang menempel akan sedikit atau malah tidak ada. (Bersambung) (KompasTV/ Vyara Wurjanta)

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com