Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (3): Parit Kematian

Kompas.com - 06/08/2008, 08:09 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Bus tergoncang hebat melintasi barisan gunung gersang kelabu. Jalan berkelok-kelok di atas bebatuan. Sungguh alam yang keras tanpa ampun di luar sana. Hanya mereka yang tangguh sajalah yang boleh bertahan di alam seperti ini.

Tak disangka, bus ini sungguh luar biasa. Sejak pagi kami suah melintasi tiga gunung pada ketinggian rata-rata 4500 meter. Mulai dari Kudi, Chiragsaldi, dan sekarang Mazar. Karena terhenti selama empat jam tadi pagi, kami baru sampai di puncak Mazar pukul tiga sore. Perut saya sudah keroncongan dan mata berkunang-kunang.

Di tempat setinggi ini, oksigen sangat tipis, membuat kita mudah terserang sebuah gejala yang disebut altitude sickness atau penyakit ketinggian. Kepala berat, aliran darah melambat, mual dan muntah. Lebih parah lagi sampai pembuluh darah pecah. Orang yang tak terbiasa tempat tinggi atau yang staminanya buruk mudah sekali terserang gejala ini.

Waktu turun di sebuah dusun selepas Mazar, baru 250 kilometer dari Kargilik, kaki saya sudah lemas dan pandangan mulai kabur. Di kanan gunung batu. Di kiri pun gunung batu. Gersang. Angin berhembus kencang, menderu seram, membawa bulir-bulir debu berputar-putar. Kami sekarang berada di ketinggian 3780 meter. Ternyata ada pula manusia yang bisa hidup di tempat seperti ini. Beberapa rumah balok tersebar tak beraturan di lembah.

Tiga bocah Uyghur berlarian senang. Wajah mereka sungguh elok. Mata besar, coklat dan bercahaya. Hidung mancung dan bibir tipis. Dalam kemeranaan dan dinginnya hidup di sini ternyata masih ada secercah tawa bocah, bermain dengan bebek-bebek yang melangkah sayup-sayup melintasi gedung sekolah sederhana bertuliskan “Ba Wojun Bancheng Maozedong Sixiang de Daxue ­– Jadikanlah Tentara Kita sebagai Universitas Ide-ide Mao Zedong.” Di penjuru terpencil negeri ini, Mao masih diagungkan kebesarannya.

Bocah-bocah ini anak pemilik warung di sini. Sebenarnya bisnis di sini tak terlalu buruk. Setiap hari selalu saja ada puluhan truk yang lewat, dengan sopir dan penumpang yang keroncongan. Mereka menjual makanan dengan harga tinggi, karena membawa bahannya dari Kargilik atau Ali pun perlu biaya mahal. Pemilik warung juga menjual bensin, tentunya dengan harga yang tak murah pula. Sepanjang 1058 kilometer Xinjiang-Tibet Highway dari Kargilik sampai ke Ali, nyaris tak ada pom bensin sama sekali. Semua kendaraan harus bawa cukup banyak persediaan kalau tidak mau terhenti di tengah alam liar tak berpenghuni. Selain itu, ada pula bengkel pompa ban dan reparasi mobil. Ini juga bisnis yang laku keras di lintasan seperti ini.

Kelabu semakin pekat. Rintik-rintik salju mulai turun. Bus kembali mengarungi jalan hancur mewati puncak tinggi berikutnya – Saidullah atau Kirgizjangal. Lekuk-lekuk lereng gunung ini sungguh mengerikan. Di luar sana ada sebuah truk pengangkut kayu yang terguling. Ditinggalkan begitu saja di alam yang tak bersahabat ini.

Perhentian berikutnya adalah Sanshili, artinya tiga puluh li, entah dihitung dari mana. Perut saya sudah benar-benar kosong ketika dengan penuh syukur menyantap bakmi laghman Uyghur yang dijual dengan harga 10 Yuan saja. Tidak terlalu mahal, tetapi rasanya pun hancur. Sejauh ini orang-orang yang saya jumpai hanya etnis Han dan Uyghur saja. Makanannya pun tak jauh seputar mantou, mi kuah daging sapi, dan laghman.

          “Nanti malam atau besok kita sudah akan masuk perbatasan Tibet,” kata Deng Hui yang berbekal peta dan buku panduan. Ia sudah sangat berpengalaman tentang seluk-beluk Tibet.
          “Nanti, dalam perjalanan masuk Tibet, kita akan lewat tempat yang berbahaya. Namanya Sirengou – Parit Kematian.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com