Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan

Kompas.com - 11/05/2013, 16:46 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Belakangan, Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi saat berada di Cirebon, Jawa Barat. Ya, salah satu pusat pemerintahan di Kota Cirebon tersebut memang mulai membuka diri bagi para turis yang datang, baik domestik maupun lokal.

Banyak tempat menarik di Kasepuhan dengan beragam cerita sejarah di baliknya. Termasuk dalam kompleks kasepuhan juga ada Museum Benda Kuno yang menyimpan benda-benda peninggalan Sultan dan salah satu wali songo, yakni Sunan Gunung Jati.

Tak jauh dari pintu masuk, disambut dengan jajaran gamelan. Ada tiga macam gamelan yang dipajang, di antaranya gamelan Degung dari Banten yang telah berusia lima abad. Arti kata Degung, tutur Iman, salah satu pemandu yang berasal dari Kasepuhan, adalah musik sunda.

Jenis gamelan lain, yaitu gamelan Cirebonan yang biasa digunakan untuk mengiringi seni wayang kulit. Serta gamelan sekaten dari Demak sejak tahun 1485.  "Ini gamelan yang punya sejarah dalam wali menyebarkan Agama Islam dengan alat musik gamelan," kata Iman.

Iman menuturkan, gamelan sekaten masih dibunyikan hingga saat ini. Gamelan ini dibunyikan dua kali pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, untuk menyambut Sultan setelah selesai Solat Ied di Masjid Agung.

Selain gamelan, museum juga menyimpan koleksi baju besi hasil rampasan perang dari Portugis pada tahun 1527. Berat satu baju yang terbuat dari logam perunggu kurang lebih lima kilogram.

Ada koleksi museum yang cukup unik, yang merupakan buah-buahan. Ada buah labu dan buah kelapa. Buah labu yang biji di dalamnya telah dihilangkan, menjadi tempat air. Buah labu tersebut merupakan peninggalan dari Sultan ke-11, usianya kini telah lebih dari 100 tahun. Anehnya, meski telah berusia lebih dari 100 tahun, buah labu tidak busuk.

Selain itu, ada juga buah kelapa, namanya kelapa jenggi. Uniknya buah kelapa ini buahnya berbentuk besar dan dua buahnya berbentuk dempet. "Ada yg bilang (bentuknya) kaya pinggul. Kalau Bahasa Jawa 'jeng' itu perempuan," katanya.

Di sisi lain museum, berada di dekat pintu keluar, ada seperangkat kursi dan tandu kecil. Kursi dan tandu tersebut menggambarkan upacara tradisi turun tanah untuk para bayi yang dilakukan masyarakat setempat.

"Jadi prosesi adat itu anak bayi dimasukkan ke kurungan suruh memilih satu benda di dalamnya, ada uang ada buku ada macam-macam ya. Katanya anak itu milih, (nantinya) gedenya pinter mengelola bidang itu. Kalau uang koin di bidang ekonomi keuangan, buku bidang pendidikan, senjata bidang militer dan sebagainya. Tapi sekarang di Cirebon sudah nggak kelihatan acara itu," papar Iman.

Ternyata Museum Benda Kuno, tak hanya mengoleksi benda-benda yang berasal dari nusantara, tetapi juga ada perabotan dari Mesir dan koleksi peninggalan Cina. Iman pun menuturkan, pernah di lautan Cirebon ditemukan kapal karam yang berisikan guci-guci Cina.

Museum ini menyimpan berbagai senjata tajam seperti keris dan tombak, memiliki "cara" sendiri dalam pembersihannya. Benda-benda tersebut dibersihkan masih secara tradisional, waktunya setahun sekali yakni setiap tanggal 1 Muharram atau pada tanggalan Jawa disebut 1 Syura.

Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon yang masih ada di dalam kompleks keraton, memiliki jam buka sama dengan Keraton Kasepuhan yaitu jam 8.00 sampai jam 16.00. Untuk bisa berkeliling keraton dan museum, pengunjung bisa meminta diantar pemandu wisata yang telah bersiap di depan pintu masuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com