Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja di Mong Kok, Pasar "Blok M"-nya Hongkong

Kompas.com - 19/01/2014, 19:35 WIB
Ana Shofiana Syatiri

Penulis

HONGKONG, KOMPAS.com - Hongkong menjadi salah satu incaran para penggila belanja di Asia. Berbagai pasar murah menjadi target. Salah satunya adalah Ladies Market di Mong Kok, Distrik Kowloon. Lalu, apa sih istimewanya pasar yang berbau gender perempuan ini? Penasaran dengan pasar tersebut, saya dan rombongan pun dibawa oleh pemandu kami, Ms Wing Lau, ke pasar ini, Sabtu (18/1/2014) sore, waktu setempat.

Cuaca yang lumayan sepoi-sepoi, alias tidak dingin atau panas, lumayan membuat nyaman menikmati suasana. Setelah turun dari mobil, Ms Wing memberi keluasaan kami untuk berkeliling. Sebelum kami meninggalkannya, dia berpesan, "Tawar lebih dari setengahnya. Barang-barang di sini genuinly copy," kata dia sambil tertawa.

"Ooh, KW satu," celetuk salah satu dari kami.

Kami berlima, akhirnya berpencar. Ada yang langsung menjelajah pasar murah ini, ada yang melihat-lihat di toko-toko yang menjual barang-barang yang memang asli, ada juga yang langsung ngeloyor ke tengah padatnya Ladies Market.

Di sekitar pasar murah ini, memang tetap ada toko-toko dengan merek ternama. Mereka berada di jalan yang sama, di Shantung Street. Harganya, jauh dari kata murah. Untuk ukuran barang bermerek, harganya tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Sementara di Ladies Market, harga barang-barang penjual PKL lebih menggiurkan.

Meski terdengar feminim, pasar ini tidak dikhususkan untuk kaum hawa. Banyak juga kaum pria yang celingak-celinguk di pasar ini. Hanya saja, barang-barang yang dijajakan memang didominasi untuk perempuan.

Kesan pertama melihat pasar ini, pikiran saya langsung teringat dengan Pasar Blok M di Melawai tempo dulu, sebelum ditata menjadi Blok M Plaza sekarang. Para pedagang kaki lima (PKL) memenuhi kanan dan kiri jalan yang bisa memuat sekitar tiga hingga empat mobil. Namun, tempat ini memang disediakan khusus untuk para PKL tersebut berjualan.

Dari ujung ke ujung, pasar murah ini dipenuhi pengunjung, sangat padat. Selain melihat barang dagangan, kami juga harus melihat ke jalan, agar tidak bertabrakan dengan pengunjung lainnya. Barang yang dijual di pasar ini sama saja dengan barang yang dijual para PKL di Indonesia. Mulai dari baju, jaket, tas-tas tangan, cover handphone, juga oleh-oleh khas yang sering dibawa orang Indonesia yang berpergian ke luar negeri, yakni gantungan kunci.

Untuk gantungan kunci, harganya dibandrol 180 dollar Hongkong untuk lima buah, atau sekitar Rp 279.000 (1 dollar Hongkong = Rp 1.550). Kawan saya, Hairil, mencoba untuk menawarnya, seperti pesan pemandu kami. Dari harga 180 dollar Hongkong, dia berhasil mendapatkan harga 30 dollar Hongkong, atau sekitar Rp 46.500. Turun drastis. "Pedagangnya mukanya bete. Tapi, dia narik-narik pas aku pergi," kata Hairil.

Gaya tawar menawar semacam ini sudah biasa terjadi. Pedagang di sini akan mengomel ketika calon pembeli sudah menanyakan harga dan menawarnya, kemudian tidak jadi membeli. Mereka juga bisa kesal jika ditawar "sadis" hingga 75 persen dari harga yang mereka berikan.

Meski begitu, pasar ini sangat penuh dengan calon pembeli. Beberapa di antaranya, tentu saja orang Indonesia. Rombongan kami beberapa kali mendengar bahasa tak asing di telinga, seperti, "Oleh-oleh apa yang mau dibawa?"

Meski cukup dikenal dengan harga miring, pasar murah ini bukan satu-satunya yang berada di kawasan Kowloon. Malamnya, kami dibawa pemandu kami mengajak ke Temple Market atau dikenal dengan Night Market. Di sana, gantungan kunci, oleh-oleh khas ini, dapat dibeli dengan harga lebih murah, 25 dollar Hongkong untuk lima buah, atau Rp 38.750 saja. Makin murah, kan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com