"Banyak di antara mereka yang memandu tamu dengan kemampuan bahasa yang sangat pas-pasan. Khususnya guide Mandarin dan Jepang, sering saya dengar bahasanya asal-asalan dan cenderung kasar,” kata Ketua LSM Gerakan Solidaritas Sosial Bali Lanang Sudira, Denpasar, Bali, Minggu (15/2/2015).
Sudira juga menyampaikan, pihaknya kerap melihat pemandu wisata yang tak mengenakan pakaian adat. Dia mengaku sangat tidak nyaman mendengar para tamu dilayani dengan bahasa yang cenderung kasar. Selain tata bahasa, dari pengamatannya, sejumlah pemandu wisata belum bisa menjelaskan secara benar prosesi upacara yang sedang disaksikan para tamu.
“Untuk itu, saya mendesak pihak berwenang untuk menggencarkan sweeping dan penindakan terhadap guide yang tidak jelas,” tegasnya.
Sorotan serupa juga disampaikan Made Suwirya, warga Nusa Lembongan yang kebetulan berkecimpung dalam dunia pramuwisata. Suwirya yang duduk di pengurusan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) mengakui bahwa di lapangan masih banyak ditemukan pemandu wisata bodong.
Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta berharap peran aktif semua komponen masyarakat dalam penguatan sektor pariwisata. Menurut dia, ada empat pilar yang harus diperkuat untuk memajukan sektor ini, yaitu budaya, agama, adat, keamanan, dan kebersihan.
Menurut dia, Pemprov Bali telah berupaya memantapkan keempat pilar tersebut melalui sejumlah kebijakan. Kesadaran untuk memperkuat adat, budaya, dan agama, serta menjaga keamanan dan kebersihan tumbuh dari dalam diri sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.