Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Kompas.com - 14/05/2024, 07:07 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Insiden kecelakaan bus pariwisata yang dialami oleh SMK Lingga Kencana Depok Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dinilai bukan karena faktor pelaksanaan studi tur, melainkan aspek kelayakan fasilitas yang digunakan.

Maka dari itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menilai peristiwa ini diharapkan tidak mengurangi potensi pelaksanaan studi tur.

“Jangan sampai ini justru mengurangi studi tur, karena studi tur ini banyak dampak positifnya kepada pelajar dan juga kepada destinasi wisata kita,” kata Sandiaga dalam program The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (13/5/2024).

Baca juga: Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Ia menegaskan bahwa aktivitas wisata studi tur harus diiringi dengan fasilitas transportasi yang mumpuni, serta kesigapan sopir saat mengendarai kendaraan.

“Yang perlu dipastikan adalah penerapannya, implementasinya, dan juga sanksi bagi travel atau bus yang tidak layak, tetapi masih terus dioperasikan,” katanya.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Menanggapi adanya usulan pengurangan aktivitas studi tur, Sandi menilai usulan tersebut perlu dikaji lebih mendalam.

Pasalnya, kata Sandi, insiden kecelakaan ini terjadi bukan karena faktor aktivitas studi tur, melainkan faktor fasilitas transportasi yang tidak layak.

Baca juga: Soroti Kecelakan Bus Pariwisata di Subang, Menparekraf: Kita Butuh Manajemen Krisis yang Efektif

“Kalau untuk mengurangi (aktivitas studi tur) tanpa ada landasan data yang jelas, tentunya mungkin ini keputusan yang perlu kita dalami dan pelajari lebih komprehensif,” ujarnya.

Perketat armada bus untuk studi tur

Namun, Sandi sepakat jika penyelenggaraan studi tur harus diperketat dan melarang studi tur bila mengoperasikan bus tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu.

Ia juga mengingatkan bahwa kegiatan studi tur harus ada tahap-tahap pengecekan yang dilakukan. Termasuk dalam hal ini dari pihak sekolah, guru, orangtua murid, dan para murid.

KNKT dan Dishub serta mekanik Hino lakukan pemeriksaan bangkai bus maut Trans Putera Fajar, Senin (13/5/2024), yang mengalami kecelakaan maut di Ciater, Subang, Jabar, Sabtu (11/4/2024).
Tribun Jabar/ ahya Nurdin KNKT dan Dishub serta mekanik Hino lakukan pemeriksaan bangkai bus maut Trans Putera Fajar, Senin (13/5/2024), yang mengalami kecelakaan maut di Ciater, Subang, Jabar, Sabtu (11/4/2024).

Sebagaimana yang diketahui, bus rombongan studi tur SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan di Jalan Raya Kampung Palasari, Desa Palasari, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Menambahkan dari Kompas.com (13/5/2024) akibat insiden ini tercatat ada 11 orang tewas, terdiri dari sembilan siswa, satu guru, dan satu warga lokal. Di samping itu, kecelakaan bus ini diduga disebabkan karena rem blong.

Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan, di tempat kejadian perkara (TKP) tidak ditemukan jejak bekas rem dari bus pariwisata yang kecelakaan pada Sabtu malam itu.

Baca juga: Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

"Jadi kalau kita lihat dari TKP yang ada ini tidak ada jejak rem dari bus tersebut, yang ada itu bekas ban ya. Ban satu bagian diduga itu ban kanan keadaan miring itu ada beberapa meter di situ kemudian sampai titik terakhir di depan menabrak tiang listrik ini tidak ada jejak rem sama sekali," kata Kakorlantas saat meninjau lokasi dikutip dari siaran pers, Minggu (12/5/2024).

Kendati demikian, menurut Aan, Polisi masih fokus menyelidiki penyebab insiden kecelakaan tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com