Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pelepasan Tukik Selalu Jadi Daya Tarik Pantai Trisik

Trisik, salah satu dari 5 kawasan pantai Kulon Progo yang bisa jadi rujukan wisata. Pantai Trisik ini berada di Dusun Sidorejo, Desa Banaran, Kecamatan Galur. Sekitar 30 menit jauhnya dari Wates, pusat Kulon Progo.

Di pantai ini terdapat aktivitas pelestarian penyu yang dikerjakan secara mandiri oleh kelompok warga setempat. Mereka, mantan nelayan dan petani musiman, yang menamai diri Penyu Abadi Trisik.

Kelompok ini berdiri di tahun 2004, dari kegelisahan beberapa nelayan yang merasa miris atas perburuan penyu dan telurnya oleh nelayan lain. Dua tahun sebelum berdiri, sebenarnya mereka susah payah membangun kesadaran di antara warga dan nelayan di mana mereka tinggal.

Sejak berdiri, kelompok warga ini mengupayakan penyelamatan telur penyu, mengumpulkannya dari tangan warga, menetaskannya, dan melepaskan tukik kembali ke laut.

Sepanjang 2018 saja, Penyu Abadi sudah berhasil merilis 90 persen tukik kembali ke laut dari 1900-an telur yang diperoleh. Kebanyakan adalah jenis penyu Lekang. "Selebihnya lagi untuk kegiatan penelitian," kata Jaka.

Tukik bisa dilihat dari masa mereka di kolam transit hingga melepas tukik rupanya menarik wisatawan. Banyak komunitas warga piknik sekaligus melaksanakan kegiatan sosial di pantai ini. Di tengah kegiatan sosial itu mereka melepas tukik ke laut. Kunjungan wisata Trisik pun terdongkrak.

"Daya tarik penyu (melepas tukik) tidak ada di tempat lain. Meski sebenarnya ada juga di Pantai Pelangi di Bantul," kata Ghifari Yuristiadhi, Pengajar Fakultas Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada untuk Program Studi Diploma Kepariwisataan.

Identitas tiap pantai wisata menjadi keunggulan pantai satu dengan lain. Keunggulan itu memudahkan wisatawan memilih tujuan pikniknya. Ghifari mencontohkan Pantai Depok di Kabupaten Bantul yang menjadi rujukan wisata kuliner ikan laut. Pantai Baron dengan mercusuarnya. Pantai nan sejuk di Pantai Goa Cemara. Pantai berlaguna di Pantai Glagah. Juga ada pantai pasir putih Indrayanti.

Konsep edutourism dinilai cocok dikembangkan di pantai yang mendukung pelestarian penyu, seperti Trisik ini. Obyek wisata seperti ini bisa sekaligus jadi tempat wisatawan, khususnya kalangan pelajar, mendapat pengalaman belajar secara langsung dengan alam, khususnya dunia satwa penyu.

Gifhari juga menilai konsep voluntourism cukup baik dikembangkan di Trisik, di mana wisatawan bisa sekaligus melakukan aksi sosial di sana. Vouletourism ibarat jalan-jalan sekaligus menjadi relawan.

"Bisa didesain dan dikembangkan. Paling menyenangkan anak-anak ketika tukik dipegang, menjadi kebanggaan, lantas dilepas ke laut," kata Ghifari.

Pengembangan obyek wisata berdampingan dengan kawasan pelestarian tentu memiliki tantangan. Apalagi karena penyu satwa yang sensitif pada suara dan cahaya bisa terganggu. Karenanya, menurut Ghifari, pengembangan Trisik ke depan harus sangat matang, lewat kebijakan zonasi bagi pelestarian dan hiburan.

Obyek wisata bukan tidak mungkin berdampingan dengan konservasi. Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam DIY, Untung Suripto mengatakan, dalam pelaksanaannya perlu perencanaan matang, dengan menetapkan zonasi bagi area bisnis yang terbuka untuk umum dan area tertutup untuk konservasi.

"Kalau (kawasan pantai) penuh, tentu bisa zero atau tidak ada yang mendarat," kata Untung.

Bagi Untung, semua diawali dari menyiapkan warga setempat agar memiliki semangat sama dalam melestarikan satwa di tengah tumbuhnya obyek wisata. "SDM-nya dulu dibangun," katanya.

Jaka mengatakan, kebijakan zonasi dirasa cukup mendesak dilakukan. Ia mencontohkan, penemuan sarang penyu semakin bergeser ke Barat, menjauh dari Trisik. Ia menduga, pergeseran temuan sarang ini terkait dengan tumbuhnya Trisik sebagai kawasan wisata.

https://travel.kompas.com/read/2018/12/24/090600727/pelepasan-tukik-selalu-jadi-daya-tarik-pantai-trisik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke