Pagi itu, setelah melihat tukik (anak Penyu) di pulau Derawan, kami pun berkemas untuk bergegas ke tujuan selanjutnya, Pulau Maratua. Cuaca cukup cerah kala itu. Perjalanan akan kami tempuh selama kurang lebih tiga jam.
Perlahan, perahu pun bergerak meninggalkan Derawan. Sejauh mata memandang, terhampar laut biru yang indah di sekeliling kami dengan gelombang-gelombang kecilnya. Selagi kami asyik bercengkerama sembari mengagumi keindahan alam, tiba-tiba langit berubah gelap.
Hujan pun turun cukup deras. Kami pun harus berpindah ke tengah perahu. Untung saja air laut cukup teduh siang itu, sehingga gelombang tidak terlalu tinggi. Perahu kami pun seakan dikelilingi kabut dengan butiran-butiran air dari langit. Laut di depan juga tak tampak lagi. Tetapi, tetap saja saya menikmati suasana kala itu.
Suasana seperti itu berlangsung selama setengah jam. Perlahan, hujan tak lagi turun. Kabut pun mulai bergerak meninggalkan kami. Berganti dengan cerahnya udara seperti saat kami meninggalkan Derawan pagi tadi.
Akhirnya, Pulau Maratua tampak di depan kami. Di ‘dermaga’ kecil Maratua, sudah tampak puluhan penduduk yang siap-siap menyambut kedatangan kami. (Sebenarnya, bukan kami sih, tetapi menyambut sang aktor, Nicholas Saputra!).
Tidak hanya itu, tarian khas selamat datang suku Bajau pun menyambut kami, lengkap dengan musik tradisional Bajau. Sungguh meriah. Bisa ditebak, Nico langsung diserbu para penggemarnya.
Berbeda dengan di Derawan yang memiliki cottage, di Maratua hanya ada homestay. Jadi, kami akan disebar di beberapa rumah penduduk. Sama seperti Derawan, pemandangan di Maratua juga tidak kalah indah. Pantainya begitu bening, sehingga kita bisa melihat dasar pantai dengan jelas.
Di pulau ini, ada beberapa pilihan wisata. Snorkling, Danau Haji Buang, naik ke puncak gunung menikmati keindahan laut, atau mengunjungi gua-gua yang ada di sepanjang Maratua. Saya, memilih untuk berkunjung ke danau Haji Buang untuk melihat ubur-ubur terbalik dan juga binatang kecil penghuni danau lainnnya.
Sebelum pergi, kami dijamu makan siang dengan berbagai macam ikan laut. Ada ikan putih bakar, ikan talang-talang bakar dan juga balelo alias siput laut yang dibumbu kecap. Hmm..ikannya benar-benar sedap. Gurih dan dagingnya tebal. Sementara itu, balelo, rasanya mirip dengan cumi-cumi. Hanya saja ukurannya kecil-kecil. Lucu juga….
Ubur-ubur Terbalik
Perjalanan ke danau memakan waktu kurang lebih satu jam. Dipandu oleh penduduk setempat, saya dan empat orang lainnya berjalan menuju danau ubur-ubur yang merupakan miniatur Kakaban.