"Di Afghanistan perempuan tidak boleh tertawa kan?" kata supir taksi setengah mengejek kepada para mahasiswa Afghan yang disambung dengan cekikikan.
"Gadis Tajikistan memang cantik-cantik," cetus salah seorang penumpang Afghan dari belakang. Supir taksi menyambung dengan mendendangkan lagu-lagu Rusia dan Tajik.
Jalan berkelok-kelok naik turun. Tajikistan memang negara pegunungan. Slogan-slogan berhuruf Rusia bertebaran di mana-mana. Bahasa Tajik masih saudara dekat dengan bahasa Dari dan bahasa Persia, bahasa nasional di Afghanistan dan Iran. Saya perlahan-lahan mengeja huruf-huruf Rusia itu, dan tiba-tiba kata-kata yang sudah akrab muncul di benak saya. "Rohi Safed", berarti Selamat Jalan, tertulis di sudut-sudut jalan. "Xus Amaded", Selamat Datang. "Ob barai Hayot", air untuk kehidupan, demikian pesan Pak Presiden Imomali. Setelah empat jam perjalanan, saya sampai di Dushanbe.
Saya sudah tiba di dunia lain dari seberang sungai.
(Bersambung)