Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (33)

Kompas.com - 21/04/2008, 07:27 WIB

Tata kota Bishkek sangat rapi. Jalan-jalan lurus horizontal dipotong oleh jalan-jalan lurus vertikal, membuat kota ini jadi seperti buku kotak-kotak. Bishkek, ibu kota negara Kyrgyzstan, seperti halnya Dushanbe di Tajikistan, memang masih muda. Sejarahnya sebagai kota dimulai oleh orang-orang Rusia pada akhir abad XIX.

Dilahirkan sebagai Pishpek, kota ini sempat dinamai Frunze, kemudian berganti lagi menjadi Bishkek setelah Kyrgyzstan merdeka. Pishpek dalam bahasa Kazakh atau bishkek dalam bahasa Kyrgyz artinya alat pengocok untuk membuat kumis, minuman tradisional bangsa nomaden di padang rumput Asia Tengah. Kumis terbuat dari susu kuda yang difermentasikan sehingga mengandung sedikit alkohol. Minuman ini juga menjadi minuman wajib bangsa nomaden di Mongolia, dan di sana dikenal sebagai airag.

Dari bendera, lambang negara, patung-patung, hingga nama ibu kota, negeri ini tidak melupakan sejarahnya sebagai bangsa nomaden.

Terlepas dari sejarah sebagai pengembara padang rumput yang sering diidentikkan dengan keterbelakangan, Kyrgyzstan masih menyimpan peninggalan peradaban masa lalu mereka yang bisa disejajarkan dengan bangunan-bangunan kuno Uzbekistan. Terletak 80 kilometer di timur Bishkek, berdiri menara kuno Burana dari abad ke-11. Tempat ini dulunya pernah menjadi ibu kota Balasagun, sebuah kota persinggahan penting Jalan Sutra di Asia Tengah.

Menara Burana megah dari kejauhan. Bentuknya seperti silinder gemuk. Tingginya sekitar 25 meter, miring seperti Menara Pisa. Konon menara ini sejatinya setinggi 45 meter, namun sempat hancur karena gempa bumi pada abad ke-15. Warnanya coklat lempung, dindingnya dihiasi gurat-gurat mirip mozaik. Dikelilingi bukit-bukit bersalju, menara ini tidak kesepian.

Puluhan patung batu penuh misteri, bergambar wajah-wajah manusia tanpa ekspresi, tersebar di hadapan Menara Burana. Sesosok wajah pria botak duduk bersila terukir di atas batu berlempeng bundar, semua menghadap ke arah menara. Dengan wajah lucu, barisan patung ini justru menambah suasana seram tempat ini, seperti barisan mayat yang terpanggil menghadap ke satu arah yang sama. Balbal, demikian patung batu ini disebut, adalah obelisk peninggalan peradaban Turki untuk penanda kuburan.

Wajah-wajah yang terukir pada setiap balbal adalah rupa musuh yang telah dikalahkan oleh khan atau raja Turki. Balbal didirikan untuk menghormati khan yang sudah meninggal. Banyak patung balbal membawa cawan setinggi dada, yang menjadi perlambang penyerahan sepenuhnya para musuh di akhirat. Batu-batu penanda kuburan ini tersebar di Asia Tengah, dari Mongolia sampai ke Turki, dan menjadi bukti dari kepercayaan religius bangsa pengembara.

Dari kejauhan saya mendengar derap kuda, ditunggangi dua bocah Kirghiz yang dengan gagah melintasi bukit-bukit salju. Mereka mendekat, memamerkan seekor burung dara yang terluka yang dari tadi disimpan di balik baju. Sambil menyeringai penuh kebanggaan, bocah-bocah itu menyentak kudanya, meninggalkan saya bersama Menara Burana dan kesunyiannya.

Sejauh mata memandang hamparan salju menyelimuti semua penjuru. Dunia Kyrgyzstan di hadapan saya hanya biru kelamnya langit yang berpadu dengan bumi yang putih bersih. Seorang diri saya berdiri di tengah luasnya padang Kyrgyzstan bersama Menara Burana yang berdiri di hadapan barisan batu-batu berwajah datar yang hanya membisu menyimpan rahasia peradaban.

(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com