Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (90)

Kompas.com - 09/07/2008, 08:06 WIB

Tengoklah Monumen Kemerdekaan Turkmenistan di ujung selatan Berzengi, yang menjulang tinggi menopang langit dengan bentuk persis penghisap toilet. Tentu saja yang mendominasi adalah emas yang mengilap, warna favorit negeri Abad Emas. Deretan patung-patung pengawal Turkmen berukuran raksasa berdiri mengawal. Turkmenbashi, dari emas (tentu saja), berdiri dengan anggun melepaskan jubah kebesarannya, dan dikelilingi lima ekor burung elang berkepala lima. Masih ada pula dua orang tentara Turkmen (yang ini manusia sungguhan) yang mengawal patung-patung bisu ini. Entah bagaimana mereka bisa melewatkan hari-hari di tengah kesunyian patung-patung angker, membunuh bosan di tengah sepi.

Di ujung utara Berzengi, ada lagi piramid ala Turkmenistan, dari pualam putih menjulang tinggi, bermandi air yang mengucur dari puncak ke empat sisinya. Resminya ini adalah air mancur terbesar di dunia, salah satu keberhasilan Turkmenistan di kancah internasional. Air mancur, kolam, selokan, memang bertebaran di seluruh penjuru Ashgabat, seakan menyangkal fakta bahwa 75 persen negeri ini adalah padang pasir yang kering dan tandus.

Keajaiban Berzengi yang lain lagi adalah monumen Ruhnama. Bentuknya seperti buku tulisan sang Presiden, berwarna hijau dengan pinggiran merah muda. Ukurannya super jumbo, mencolok di tengah taman, dikelilingi semburan air mancur. Buku raksasa seperti ini, siapa yang baca?

Jangan salah. Ini bukan sekedar patung biasa. Patung buku raksasa ini bisa dibuka, setidaknya dalam sekali perayaan per tahun, ketika Hari Ruhnama diperingati, buku raksasa ini terbelah dan memamerkan isinya – barisan layar televisi yang mengelu-elukan kebesaran Sang Turkmenbashi.

Bukan hanya gedung-gedung dan monumen bisu, sang Pemimpin Agung juga menghujani rakyatnya dengan hari-hari libur nasional, yang jarang kita dengar adanya di dunia ‘normal’. Ada hari bendera (merayakan ulang tahun Turkmenbashi), hari ‘setetes air adalah sejumput emas’, hari kuda, hari puisi, hari karpet, hari melon, hari roti, hari Turkmenbashi, hari ‘bertetangga baik’, dan hari netralitas. Saya benar-benar penasaran ingin ikut merasakan perayaan salah satu dari hari-hari penting di dunia Turkmen ini.

Apakah ini mimpi Abad Emas itu? Gedung-gedung megah namun bisu, hanya berisi kekosongan. Hotel-hotel kelas dunia dibangun, tapi juga tak lebih dari deretan kamar-kamar kosong. Masjid raksasa Turkmenbashi dari pualam murni, berkapasitas ribuan jemaah dan dijadikan tempat pengganti naik haji, dikunjungi tak lebih dari sepuluh orang umat. Wajah Ashgabat memang terus berganti. Kecepatan dan dinamisme pembangunannya bahkan mungkin mengalahkan Shanghai atau Beijing. Semuanya berukuran super besar, super megah, dan super modern.

Tetapi bersama dengan munculnya gedung-gedung pualam dari negeri mimpi ini, yang ada cuma kesenyapan yang menggelitik bulu roma.


(Bersambung)
____________

Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com