Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (65): Visa India yang Gagal

Kompas.com - 31/10/2008, 08:52 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Kedutaan India di Kathmandu selalu ramai oleh antrian panjang para pelamar visa. Nepal mungkin tempat paling mudah untuk mengambil visa India. Tetapi tak semua orang membawa pulang kisah keberhasilan dari sini.

Saya terjebak lagi dalam antrean panjang pagi hari di depan kedutaan India yang tersembunyi di sebuah gang kecil tak jauh dari Thamel di Kathmandu. Ini adalah kali ketiga saya datang.

Tiga minggu yang lalu, saya sudah mengisi formulir visa dan menyerahkan ke loket. “Datang seminggu lagi!” kata petugas visa. Prosedurnya, formulir saya konon akan dikirim ke kedutaan India di Jakarta untuk klarifikasi. Kalau kedutaan di Jakarta menyetujui dan mengirimkan fksimil ke Kathmandu, maka visa akan diterbitkan. Untuk harga formulir dan kontak lewat kawat ini, pelamar visa masih harus merogoh kocek 1.000 Rupee. Apakah formulir ini benar-benar akan difaks ke Jakarta dengan uang yang sudah kita bayar, hanya Tuhan yang tahu.

Keesokan harinya, tiba-tiba saya memutuskan berangkat trekking ke Annapurna. Perjalanan mengelilingi barisan gunung bersalju ini membutuhkan waktu setidaknya dua minggu. Lalu bagaimana dengan formulir visa India saya?

Kembali lagi saya ke Kedutaan India, terjebak dalam antrean panjang turis mancanegara yang mengular sampai 30 meter.. Orang Nepal tidak mengantre visa sama sekali, karena mereka bebas keluar masuk India kapan pun dan selama apa pun mereka mau.

Sepuluh demi sepuluh pelamar visa diizinkan masuk ke gedung Kedutaan. Masing-masing harus menulis nama, nomer paspor, dan kebangsaan di buku tamu, lalu melewati gerbang pendeteksi logam, kemudian diraba-raba petugas pemeriksa, baru diizinkan ke balairung konsular. Kedutaan India luas sekali, seperti sebuah kota kecil di dalamnya. Tetapi sama sekali tidak tampak indah dengan rumput liar yang tumbuh di mana-mana.

Di balairung visa ada tiga buah loket, seperti loket karcis bioskop. Ada meja tinggi untuk mengisi formulir. Tiang yang menyangga sudah berkarat. Di sini puluhan turis bule nampak cemas dan marah karena antrean yang teramat panjang dan semrawut di depan loket.

Saya ke sini sebenarnya hanya ingin bertanya kepada petugas konsular tentang rencana saya untuk pergi trekking dan akan terlambat mengambil visa.

          “Oh, tidak apa-apa,” kata petugas yang kemarin, bapak tua yang botak dan pendek, “kamu pergi saja trekking, datang saja kapan pun kamu mau. Tidak masalah sama sekali.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com