Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (75): Diwali

Kompas.com - 14/11/2008, 08:04 WIB

[Tayang:  Senin - Jumat]

 

Di tengah kegelapan malam, bunyi ledakan petasan bersahut-sahutan. Semua gembira menyambut datangnya Diwali.

Malam nanti adalah malam Diwali, hari raya terpenting bagi umat Hindu, Sikh, dan Jain di India. Saya berjalan ke arah kota kuno Jaipur ketika matahari baru mulai bersinar. Kota tua dikelilingi tembok berwarna merah jingga. Bentuknya kotak persegi, dengan gerbang kota masing-masing di utara, selatan, timur, dan barat.

Di gerbang barat, pagi-pagi begini sudah ramai orang berjualan bunga berwarna kuning dan merah yang diuntai menjadi kalung panjang. Di hari Diwali ini, ribuan umat membanjiri mandir – kuil Hindu yang tersebar di mana-mana. Untaian bunga-bungaan ini dikalungkan ke patung dewa dewi dalam mandir.

Selain bunga dan sesajen, Jaipur juga penuh manisan dari berbagai bentuk, warna, dan ukuran. Ada laddu yang berupa manisan bulat seperti bola, terbuat dari tepung yang berbalut cairan gula. Ada mithai dari susu. Ada pula barfi yang berbentuk kotak dan beralas kertas perak. Semua manisan ini rasanya cuma satu – manis. Segigit saja rasanya sudah seperti menelan bersendok-sendok gula yang dicampur susu.

Acara paling penting dalam Diwali adalah sembahyang puja di malam hari. Setiap tahun, waktu untuk melaksanakan puja Diwali berbeda. Orang harus mendengarkan informasi terbaru dari radio tentang saat puja yang tepat. Perhitungannya dilakukan oleh orang suci yang mengkalkulasi pergerakan bulan dan bintang. Kata Aman, tahun ini acara puja yang paling sempurna dilaksanakan pukul 19:52 sampai 20:08, atau delapan menit sebelum dan sesudah pukul delapan.

           “Saya ingin sekali melihat sembahyang puja,” pinta saya kepada Aman.
           “Jangan khawatir, nanti kamu pergi dengan adik sepupu saya saja,” katanya
           Bukankah keluarga Aman adalah umat Muslim?
           “Tak masalah,” Aman menukas, “Ada seorang kawan baik saya yang orang Hindu. Tadi saya sudah tanya mereka, katanya boleh ajak kamu.”

Sebagai Muslim India, saya merasa Aman sangat berbeda dengan tipikal Muslim di negara tetangga Pakistan. Bukan saja ia sering tak berpuasa, malah katanya ikut acara puja Diwali sama sekali tidak masalah.

Malamnya, saya dibonceng sepupu Aman ke kota kuno Jaipur. Suasana perayaan semakin terasa. Jalanan penuh oleh orang berjalan kaki. Jalan raya diblokir, kendaraan tak boleh lewat. Kami harus putar-putar sampai setengah jam lebih baru sampai di tempat umat Hindu kenalan Aman.

Rumah ini besar sekali. Lantainya keramik. Nampaknya memang bukan keluarga biasa. Teman Aman adalah seorang dokter, termasuk keluarga kasta Brahmin yang cukup terpandang. Di dahinya ada seoles coretan tika warna merah. Kami langsung menuju ruang sembahyang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com