Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (90): Pernikahan Tengah Malam (1)

Kompas.com - 08/12/2008, 12:41 WIB

Di luar, band mulai kembali gegap gempita, dengan musik rancak yang riang gembira memekakkan telinga. Di dalam rumah, dalam gelapnya rumah berdinding biru ini, yang ada malah suasana tegang. Seorang pemuda akan berangkat menjemput pulang sang pengantin wanita. Sang pemuda sedang menghadap ayah, ibu, kakek, nenek, dikelilingi paman, bibi, adik, sepupu... Ketika semua orang berteriak dan berseru gembira, sang pengantin malah memasang wajah garang.

Tiba-tiba sang ibuk berteriak histeris, seperti orang marah yang kerasukan. Ia mendorong sang pengantin itu dengan keras, memaksanya meninggalkan ruangan gelap ini. Paman dan bibi pun menarik sang pengantin, mendorongnya hingga keluar, menerima sambutan musik keras dari orkestra trompet dan genderang.

Di depan rumahnya, saudara-saudara yang perempuan mulai menari. Saya pertama kali melihat tarian India secara langsung. Gadis-gadis dan ibu-ibu, tua dan muda, meliukkan badannya dengan semangat mengiringi musik yang berdentang cepat. Tak kalah cepatnya, para perempuan itu berputar ke kiri, lalu ke kanan. Sari panjang yang anggun dalam berbagai warna berkibar cantik. Jari-jari lentik berhias henna dengan kuku berwarna merah menyala menjentik-jentik mengiri irama. Puluhan gelang yang melingkar di tangan ikut bergemerincing menambah meriah. Saking bersemangatnya, ada seorang saudara perempuan yang tetap menari riang sementara kerudung oranye menutupi seluruh wajahnya.  

Pengantin pria hanya berdiri saja di depan pintu, menonton hiburan penuh warna ini tanpa ekspresi. Paman dan bibi masing-masing memegang selembar uang kertas 10 Rupee yang dijepitkan di antara jari tengah dan telunjuk, dikipas-kipaskan di depan wajahnya, kemudian ke atas kepalanya.

Para penari juga memegang uang, dijepitkan di antara jari tangan. Kemudian giliran seorang pria dari band yang memunguti lembar-lembar uang itu. Dari lembaran inilah mereka hidup.

Arak-arakan berjalan lambat menyusuri gang sempit ini. Musik band semakin cepat. Saya larut dalam histeria. Ada kegembiraan yang tak terkira. Ada perasaan tak percaya, berada dalam nuansa warna penuh mimpi. Bocah kecil penabuh gong pun tak kalah hebohnya, semakin lama menabuh semakin cepat dan kuat.

Sang dulha, pengantin pria, sudah siap untuk menjemput sang putri.   

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com