Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (91): Pernikahan Tengah Malam (2)

Kompas.com - 09/12/2008, 08:08 WIB

Arak-arakan keliling kota pun dimulai. Pengantin dengan tenang duduk di atas kuda putih, digiring menuju jalan. Di hadapannya, sanak saudara dan para tamu berpawai. Di bagian paling depan ada rickshaw yang dipasangi lima loudspeaker berukuran besar, cukup untuk menggoncang malam. Penyanyi yang bersuara sangat fals, melantunkan lagu yang tak jelas sama sekali isinya, tenggelam dalam gaung pengeras suara yang berbunyi ringsek. Tetabuhan genderang dan trompet bersahutan nyaring, memecah keheningan malam kota kecil ini.

Untuk menerangi malam, bocah-bocah kecil berbaris mengusung kotak yang berujung seperti pohon bohlam. Kabel panjang menghubungkan lampu si bocah dengan bocah lain di depan dan di belakang. Seperti pagar ayu, bocah-bocah ini memagari pawai pengantin tengah malam ini.

Tak kurang juga tentunya ada tari-tarian. Dalam tetabuhan musik yang meriah seperti ini, orang India tentunya tidak tahan untuk tidak menari. Pertama-tama para wanita, lenggak-lenggok tubuh mereka yang terbalut sari indah begitu cantik. Mereka memutar cepat, menjentikkan jari, meliukkan jemari. Kemeriahan semakin bertambah dengan petasan yang meledak, menyemburkan nyala api yang indah. Kemudian giliran para pria menari. Gerakannya amburadul, mengkangkangkan kaki ke kanan dan ke kiri, membentangkan tangan ke depan dan ke atas, memasang raut wajah yang aneh-aneh. Yang penting adalah keriangannya. Bocah-bocah juga menyemprotkan tabung berisi bahan kimia untuk salju buatan, menghadirkan nuansa musim salju di tengah sejuknya malam Nagaur.

Iring-iringan ini memutari kompleks, sampai akhirnya kami tiba kembali ke mandap, tempat pasangan pengantin akan bersanding. Sekarang tamu pun dipisah. Yang laki-laki bersama pengantin pria, yang perempuan bersama sang mempelai wanita. Di atas singgasananya sang dulha menantikan kedatangan pasangan pendamping hidupnya, yang berpakaian sari warna merah menyala dengan sulam-sulaman benang emas. Para pengiringnya menaburkan potongan bunga mawar hingga sang pengantin mencapai mandap.

Sekarang masing-masing pengantin memegang seuntaian besar bunga kuning dan putih. Pengantin wanita mengalungkan ke sang pria, kemudian pria mengalungkan bunga ke tubuh istrinya. Baru sekarang terlihat senyum lebar di wajah sang pria. Ia resmi menjadi seorang suami. Sementara si istri, mengulum senyum malu-malu, menundukkan kepala. Keduanya tak pernah kenal sebelum dijodohkan keluarga mereka. Tetapi mulai detik ini mereka akan mengarungi bahtera kehidupan bersama.

Para tamu dijamu makanan lezat. Semuanya vegetarian. Banyak makanan ini yang konon berharga mahal, jarang dijumpai sehari-hari, dan hanya hadir dalam acara pernikahan megah. Tetapi makan tengah malam tak lagi menggairahkan saya yang sudah terlarut dalam gegap gempita pesta pernikahan.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com