Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (93): Bishnoi

Kompas.com - 11/12/2008, 06:43 WIB

Ajaran Bishnoi mengajarkan pemeluknya untuk tetap lemah lembut menjauhi kekerasan, tetapi siap mengorbankan nyawa untuk melindungi segala macam satwa dan tanaman. Umat Bishnoi adalah pemuja dewa Vishnu (Bishnu). Tetapi tidak seperti umat Hindu lainnya yang membakar jenazah, orang Bishnoi menguburkan orang yang sudah meninggal. “Karena untuk membakar jenazah,” jelas seorang pemuka desa Khajerli, “kita harus menebang pohon. Mengapa waktu kita meninggal pun kita masih merusak alam? Dengan mengubur jenazah, semua yang berasal dari alam kembali ke alam.”

Desa ini begitu miskin dan kering kerontang, tetapi orang-orang masih menyediakan air untuk minum rusa. Penduduknya bercocok tanam seadanya, walaupun tak banyak yang bisa diharapkan di tempat sekering ini. Bahkan tanaman banyak yang rusak dimakan rusa liar. Tetapi penduduk Bishnoi sama sekali tidak membangun pagar atau menghalangi hewan-hewan merusak pangan mereka. Bagi mereka, tak mengapa berlapar dahaga asalkan para satwa tetap kenyang.

Cinta yang sedemikian dalamnya pada setiap makhluk yang bernyawa membuat orang Bishnoi tak segan-segan melawan segala jenis pengrusakan alam. Tahun 1998, bintang Bollywood ternama Salman Khan datang ke Jodhpur untuk syuting film Ham Sath Sath. Di sela-sela kesibukannya, sang bintang menyempatkan diri untuk berburu rusa langka di padang pasir yang dihuni oleh kaum Bishnoi. Tengah malam buta, ketika penduduk desa sudah terlelap dalam tidurnya, sang superstar memulai perburuannya.

Naas nasibnya. Suara tembakannya terdengar oleh penduduk. Dalam sekejap ia dikejar oleh ratusan penduduk yang marah. Nyawa binatang di sini begitu suci, semua pembunuh binatang harus dihukum. Setelah melewati proses pengadilan panjang, akhirnya Salman Khan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
 
India adalah negeri penuh dengan kontras. Di dusun miskin kering kerontang, rakyat kelaparan tetapi hewan liar hidup berkecukupan. Di tepi gurun yang ganas, nyawa pun dikorbankan untuk menyelamatkan satwa dan tanaman. Masih adakah komunitas lain di muka bumi ini yang begitu mengabdikan dirinya pada alam? Nun jauh di seberang lautan sana, di negeri kampung halaman saya, hutan hijau menjadi gundul dan air sungai menjadi hitam, karena uang sudah menjadi dewa.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com