Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (98): Pernikahan Ganda

Kompas.com - 18/12/2008, 06:50 WIB

Bahkan di hari pernikahannya pun, kedua mempelai tak saling berjumpa.

Tak banyak pria yang beruntung bisa melihat kecantikan pengantin Muslim India. Hanya penghulu, anggota keluarga, dan juru foto. Saya termasuk yang mendapat kesempatan langka ini, bebas keluar-masuk rumah Aman yang khusus diperuntukkan untuk kaum Hawa.

Adik Aman terbungkus kerudung merah. Bajunya pun merah menyala, penuh dengan perhiasan emas. Ia duduk bersila, kepalanya tertunduk lesu. Di hadapannya terhampar segala jenis makanan dan manisan, yang disentuhnya tanpa nafsu. Di sekelilingnya para gadis dan wanita berpakaian warna-warni bersorak-sorai, mencoba menghantar kebahagiaan pada pengantin yang akan memulai hidup baru.

Siapa yang bisa tertawa di detik-detik terakhir meninggalkan rumah yang ditinggalinya sejak kecil? Apalagi ia pun tak mengenal siapa calon suaminya. Tak pernah bertatap muka, apalagi berpacaran. Tahu-tahu, pria tak dikenal itu akan menjadi pendamping seumur hidupnya. Air mata menetes menembus kerudung merah itu, di hari ketika tawa riang bertebaran, hadiah berkilauan, dan makanan lezat bertaburan.

Di sampingnya, duduk sesosok tubuh yang sama persis. Tak terlihat wajahnya, juga tertutup kerudung merah. Sekujur tangannya berwarna coklat, berhias desain mehndi. Banyak pula perhiasan emasnya.

Wanita ini juga pengantin. Hari ini ada dua pengantin perempuan. Sama-sama tertunduk, sama-sama bercampur aduk perasaannya antara sedih dan bahagia. Mereka dinikahkan dengan dua orang pria kakak beradik, di hari yang sama, di acara pernikahan yang sama.

Tak jarang kakak dan adik menikah bersama-sama. Setidaknya keluarga mereka bisa menghemat biaya pernikahan. Sekarang biaya pernikahan bukan hanya ditanggung oleh pihak perempuan. Keluarga dulha pun harus keluar banyak uang untuk menyelenggarakan pesta resepsi yang tidak memalukan.

Acara berikutnya adalah makan-makan. Karena rumah Aman tak cukup besar untuk menampung semua tamu wanita makan bersama-sama, acara makan pun dibagi menjadi dua shift. Halaman sebelah rumah yang bertudung terpal, tempat duduk tamu pria, dikosongkan. Tamu wanita dipersilahkan duduk, menikmati makanan pernikahan. Ada manisan gulab jamun, kue kering, manisan susu, biskuit, kuah lentil, roti, dan air putih. Sama sekali tak ada daging yang tersaji. Ini untuk menghormati tamu umat Hindu yang bervegetarian.

Setelah tamu wanita menyelesaikan santapannya, mereka dipersilakan kembali ke dalam rumah tertutup. Sekarang giliran tamu pria dan pengantin pria bersantap bersama. Menunya sama persis.

Menjelang malam dipertontonkanlah segala macam mas kawin yang dipersembahkan keluarga pengantin perempuan. Segala macam barang ada. Mulai dari gelas, piring, sendok, garpu, pisau, penanak nasi, kendi air, timba plastik, sampai televisi berwarna, AC, kulkas, ranjang, sofa, meja, kursi plastik, bangku panjang, almari, cermin, seprei, selimut,  dan seterusnya. Ketika dijajar semua, panggung ini berubah jadi seperti toko perabotan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com