Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (121): Jejak Masa Lalu

Kompas.com - 20/01/2009, 09:18 WIB

Turun di mana? Benar-benar tak terpikir. Semula saya kira Chapursan adalah nama satu desa. Ternyata di sini ada puluhan desa. Noorkhan tak percaya kalau saya sama sekali tak tahu tujuan saya. Ia kemudian menyebut sederet nama desa, yang semuanya asing di telinga saya. Benar-benar tidak tahu harus memilih yang mana. Saya pun bukannya mau membeli kucing dalam karung. Apalagi gelap gulita sudah menyelimuti bumi, ke mana saya harus mencari-cari penginapan di desa-desa asing ini?

          “Saya cuma ingin melihat desa yang tak terjamah sinar mentari,” jawab saya polos.

Noorkhan dan Aziz serempak tertawa terbahak-bahak.

          “Kalau begitu, kamu ikut kami saja, turun di rumah sepupu Aziz. Sepupu Aziz nanti akan membawa kamu jalan-jalan. Dia travel guide yang jagoan,” saran Noorkhan.
          “Terima kasih... tetapi, saya tak punya banyak uang untuk membayar guide,” saya sedikit ragu dengan tawarannya.
          “Jangan kuatir,” kata Aziz sambil menepuk pundak saya, “kamu adalah mehman – tamu kami. Kamu tahu kan artinya mehman?”

Mehman, sebuah kata keramat di negara yang keramahtamahan menjadi jalan hidup ini.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com