Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (126): India di Hati

Kompas.com - 27/01/2009, 07:01 WIB

Selain isi cerita yang sesuai dengan mimpi orang Pakistan (juga orang Indonesia) apa lagi yang membuat film India begitu populer di negeri muslim ini? Faktor bahasa tidak bisa diremehkan. Percakapan bahasa Urdu di Pakistan dengan bahasa Hindi di India boleh dikatakan hampir sama persis. Kultur pun berasal dari akar yang sama.

Mereka juga punya kesamaan sejarah masa lalu.. Dulu Pakistan, India, dan Bangladesh sama-sama di bawah jajahan kolonial Inggris, dalam wadah bernama British India – kekuasaan Britania terbesar di seluruh Asia. Pakistan baru terbentuk tahun 1947 sebagai negara bagi umat Muslim di tanah India. Sejak saat itu, orang mulai bicara tentang identitas ke-Pakistan-an.

Apakah identitas Pakistan itu? Apakah Islam cukup kuat untuk menjadi identitas bersama negeri baru ini? Pakistan kala itu terdiri dari Pakistan Barat (Pakistan sekarang) dan Pakistan Timur (Bangladesh). Kenyataannya, Islam tidak cukup kuat menjadi identitas bersama Pakistan Barat dan Timur sehingga akhirnya Bangladesh merdeka tahun 1971. Memang banyak faktor yang menyebabkan lepasnya Bangladesh, tetapi renggangnya asimilasi antara warga kedua belahan Pakistan itu adalah salah satu sebabnya. Cuma agama yang sama, namun bahasa, kebiasaan, makanan, busana, susunan kemasyarakatan, semuanya berbeda.

Dalam perkembangannya, perdebatan tentang identitas Pakistan terus mewarnai kolom opini surat kabar. Saya sempat merenung dalam membaca sebuah surat pembaca yang mengeluhkan ‘serangan bertubi-tubi’ serial dan film Hindustan yang membuat orang Pakistan semakin terseret dalam jebakan kebudayaan India. Jangan kaget kalau karena kebanyakan nonton film India, umat Muslim pun bersalam Namaste. Seorang penyiar acara memasak Hum TV pernah menyapa para pemirsa dengan “Namaste” sambil mengatupkan kedua tangan di dada, persis seperti orang Hindu.

Ketika identitas negara baru Pakistan masih terus digali, identitas ‘pra-Pakistan’ – kultur lokal sebelum lahirnya negara ini, yang banyak yang mirip dengan Hindustan sana – masih terus hidup subur. Tak heran, walaupun pemerintah sudah melarang film Bollywood untuk diputar di bioskop, orang masih gemar menontonnya melalui persewaan VCD atau TV kabel dari India. Di sini nama Amitabh Bacchan, gosip percintaan Abishek dan Aishwarya Rai, atau film-film seksi Emran Hashmi, juga menjadi bahan perbincangan sehari-hari. Kalau di India kata ‘Chalo Pakistan” atau ‘enyahlah ke Pakistan’ adalah umpatan kasar yang disambut amarah, di sini ‘Chalo Hindustan’ paling disambut dengan tatap mata heran karena tidak dimengerti artinya.

Bagaimana dengan kebudayaan pop Pakistan?

          “Saya benci India,” kata seorang pemuda Lahore, “karena kata teman saya yang tinggal di Inggris, setiap kali film India diputar di bioskop, orang Pakistan juga menonton. Tetapi ketika giliran film Pakistan diputar, orang India tidak ada yang datang.”

Produk film Pakistan memang tidak terlalu favorit di India, bahkan di Pakistan sendiri pun tidak. Tetapi jangan salah, musik qawwali Nusrat Fateh Ali Khan sangat dihormati di sana. Duo rapper Pakistan ‘Strings’ mendulang sukses yang sangat besar di India melalui konser mereka, dan band Sufi Janoon menjadi jawara di Asia Selatan, walaupun di Karimabad sini orang tetap lebih kenal Aishwarya Rai dan Rani Mukarji.

Saya kembali hanyut dalam acara TV kabel Pakistan. Malam ini, sehabis siaran berita, diputar premiere film Bollywood berjudul “Chocolate”. Settingnya di Eropa, gerak-gerik dan gaya hidup pemainnya kebarat-baratan. Di mata saya ini adalah film Hollywood yang pemainnya orang India semua yang berujar bahasa Urdu atau Hindi. Kakek Haider melihat sekilas, langsung pergi lagi. Mungkin mimpi yang dijual dalam film ini sudah bukan konsumsi orang dari zamannya. Sebaliknya, Hussain melotot menyaksikan kemolekan artis-artis dari seberang perbatasan sana.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Lihat Sunrise di Gereja Ayam Bukit Rhema Harus Reservasi Dulu, Ini Cara dan Tarifnya

Travel Update
Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Perjalanan Salatiga-Yogya-Pacitan yang Indah, Menikmati Pesona Pantai Banyu Tibo dan Buyutan

Jalan Jalan
Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur, Pesona Sunrise Dikelilingi 5 Gunung

Jalan Jalan
5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

5 Hotel Dekat Ocean Park BSD, Bisa Jalan Kaki

Hotel Story
5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

5 Penginapan dekat Kebun Raya Cibodas

Hotel Story
10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

10 Tempat Wisata Keluarga Terbaik di Dunia 2024, Ada Resor di Bali

Jalan Jalan
7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

7 Wisata Ramah Anak di Bandung, Cocok untuk Liburan Sekolah

Jalan Jalan
9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

9 Wisata Malam di Solo, Kunjungi Saat Mampir

Jalan Jalan
6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

Travel Tips
3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com