Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (180): Heera Mandi (2)

Kompas.com - 14/04/2009, 08:32 WIB

Jawad kecewa.

          “Kamu teman, aku teman, apa lagi yang kamu takutkan?” keluhnya.

Hubungan pertemanan antar pria di Pakistan memang sudah lazim saling menjamah, tetapi tidak sampai tahap saling ‘periksa’, bukan?

Lelaki ini gelisah. Sekali-sekali ia berdiri, memandang ke barisan rumah-rumah kumuh serupa yang tersebar semrawut sejauh mata memandang. Kemudian duduk lagi, memohon-mohon agar saya berubah pikiran. Kemudian menuruni anak tangga, hanya untuk dua menit, untuk ‘bersenang-senang’ dengan si anak gadis. Dua menit? Dia terlalu pesimis dengan daya tahan tubuhnya.

Tak sampai satu menit, Jawad sudah naik lagi. Wajahnya sekarang berseri-seri. Tetapi kegelisahannya masih tetap sama. Duduk di charpoy, minta ijin menjamah dan memeriksa, kemudian berdiri lagi menatap bintang, duduk lagi. Sekarang sambil berbagi kisah duka.

          “Perempuan tua itu, sejatinya memang ibu dua putri cantik,” celotehnya, “dan aku jatuh cinta pada si adik. Aku mau dekat dengannya, tetapi kalau aku datang sendirian, si ibu pasti curiga. Makanya aku bawa kamu ke sini, bilang kalau kamu adalah turis yang mau melihat-lihat atap rumah.”

Kebohongan apa lagi ini? Tiba-tiba Jawad mengumpat.

          “Perempuan brengsek! Kita sudah menunggu terlalu lama di sini, mana tehnya tak datang-datang juga? Aku sudah kasih dia 30 Rupee!”

Saya melirik arloji. Sebenarnya kami baru sepuluh menit saja di atap rumah ini. Tetapi karena saya harus melewatkan waktu dengan seorang lelaki yang tak bisa diterka isi hatinya, rasanya sudah berjam-jam penderitaan ini.

          “Tiga puluh Rupee? Untuk teh saja? Mahal sekali?” saya mengalihkan pembicaraan. “Sepuluh Rupee untuk gula, 10 untuk tehnya, dan 10 untuk ongkos perempuan itu,” Jawad mendengus kesal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com