Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (182): Pilar Dunia

Kompas.com - 16/04/2009, 07:18 WIB

Ada makam (goristan) pasti ada pengemis (garra). Tradisi Sufi yang nampak pada kebiasaan orang berkunjung ke makam orang-orang suci juga memunculkan kebiasaan untuk bersedekah kepada pengemis. Tak heran, di India dan Pakistan, makam suci, masjid, dan dargah biasanya penuh oleh kaum miskin papa yang menanti sedekah. Tak sedikit orang yang tidur terkapar di atas tanah, tanpa alas sama sekali.

Seorang lelaki tua mengumpulkan sedekah untuk mazar. Ia berkeliling membawa topi yang terlungkup terbalik, di dalamnya ada beberapa lembar uang 10 dan 20 Rupee. Tentunya orang tak sekaya itu untuk memberi sedekah hanya dengan nilai nominal yang besar. Uang pecahan 10 dan 20 Rupee itu untuk pembangkit motivasi orang yang mau beramal. Saya perhatikan, kalau ada peziarah yang melontarkan uang recehan, cepat-cepat si lelaki tua itu memasukkan ke dalam kantongnya, tak ingin nilai yang kecil ini menjadi contoh bagi penderma lainnya.

Terkadang penjaga mazar juga keterlaluan. Dua orang nenek tua yang datang dari jauh ditolak masuk karena tidak membawa sandal. Masuk ke mazar memang kita harus melepas alas kaki, dititipkan di luar dan membayar uang penitipan 2 Rupee. Berhubung si nenek tak bersandal, penjaga kuburan tak mendapat pemasukan, maka mereka dilarang masuk dan disuruh memutar lewat gerbang lain.

Baik Sunni dan Syiah datang berziarah ke makam ini. Di dalam gedung mazar Rukni Alam, peziarah perempuan dipisahkan di balik purdah. Para peziarah menyentuh gundukan makam, menciumi kain hijau yang membungkusnya, membaca doa, dan bahkan ada yang menangis histeris. Yang laki-laki di sisi satu, yang perempuan di sisi lainnya. Mereka mengharapkan mukjizat dan kesembuhan dari ibadah di makam-makam suci.

Sufisme, di mana nilai Islami berpadu dengan kultur Hindu, mengakar erat dalam kehidupan tradisional Muslim di tanah Punjab.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com