Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpetualang Menyusuri Sungai Sekonyer, Berani?

Kompas.com - 16/07/2009, 09:52 WIB

PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Pulau Kalimantan adalah pulau seribu sungai. Sungai-sungai besar meliuk-liuk bagai naga membelah daratan. Sungai pun menjadi jalur transportasi utama di pulau itu.

Namun, lebih dari sekadar jalur transportasi, sungai-sungai di Kalimantan juga menyimpan potensi wisata. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tepatnya di Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sungai Sekonyer, menawarkan aksi petualangan.

"Sungai Sekonyer, sebuah obyek wisata yang potensial. Karena itu, potensi tersebut akan dikembangkan," kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng Aida Meyarti, SH, di Palangkaraya, Kamis (16/7).
    
Menurut Aida Meyarti, Sungai Sekonyer sudah sering dikunjungi wisatawan mancanegara. Sungai Sekonyer merupakan jalur transportasi sungai ke areal TNTP yang di dalamnya terdapat lokasi rehabilitasi satwa langka orang utan.
    
Kelebihan Sungai Sekonyer dibandingkan sungai lain adalah pemandangan alam lingkungan yang indah dan terdapat spesies binatang yang unik dan menarik. Di Sungai Kumai yang merupakan bagian dari jalur Sungai Sekonyer terdapat jenis pesut. Selain itu juga terdapat satwa yang disebut masyarakat setempat sebagai satwa "dugong-dugong". Dugong-dugong juga dikenal sebagai sapi laut karena habitatnya adalah areal rumput laut di muara sungai.
    
Selain itu, perjalanan jalur Sungai Sekonyer dengan kelotok (perahu motor tempel) wisata, perjalanan akan melalui kawasan mangrove didominasi pohon bakau (rhizophora spp), pohon pidada (Sonneratia spp) yang menumbuhkan akar napas (pneumatophore). Pohon lain di jalur wisata itu adalah kendeka (Bruguiera spp), serta pohon nirih (Xylocarpus spp).
    
Mengutip sebuah catatan sejarah, Aida Meyarti menjelaskan, Sungai Buaya adalah nama asli Sungai Sekonyer, nama Sekonyer diambil dari nama sebuah kapal yaitu kapal Sikuner. Nama asli kapal tersebut diubah berdasarkan bahasa Melayu menjadi Sekonyer.
    
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, di muara Sungai Buaya berlabuhlah sebuah kapal perompak atau bajak laut. Kapal itu tenggelam tepat di muara Sungai Buaya karena ditembak oleh seorang bernama Bujang dengan sebuah meriam kecil bernama "Palembang" milik seorang tokoh agama Islam, "Kyai Gede."
    
Meriam hanya dapat ditembakkan oleh keturunan Kyai Gede atau salah seorang suku keturunan Dayak Gambu, oleh penduduk sekitar kemudian nama Sekonyer ini sering dipakai untuk menyebut nama asli dari Sungai Buaya itu.
    
Perjalanan jalur sungai ini kemudian menemui kawasan tanaman nipah (Nypa fruticans Wurmb) lalu kawasan pohon rasau, kemudian terus ke Tanjung Harapan Desa Sekonyer, Pesalat tempat pendidikan konservasi, wisata Pondok Tanggui, Pondok Ambung, Muara Ali, Danau Panjang hingga kamp Leakey, lokasi rehabilitasi orangutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Travel Update
Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Jalan Jalan
Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Travel Update
Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Travel Update
Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Travel Update
Usai Turbulensi Fatal, Singapore Airlines Ubah Aturan Makan di Pesawat

Usai Turbulensi Fatal, Singapore Airlines Ubah Aturan Makan di Pesawat

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terkini TMII, Tempat Wisata Favorit di Jakarta

Harga Tiket Masuk Terkini TMII, Tempat Wisata Favorit di Jakarta

Travel Update
Jam Buka Cibubur Garden Eat & Play di Hari Kerja atau Libur

Jam Buka Cibubur Garden Eat & Play di Hari Kerja atau Libur

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com