Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanjakan Perut di Pelataran Pasar

Kompas.com - 26/10/2009, 12:22 WIB

Pengunjung bisa memasak bahan yakiniku dengan tungku arang. Meja makan oleh Frans Omar, pemilik Genji, diberi lubang untuk meletakkan tungku.

Di atas meja juga ada kompor gas sederhana satu tungku. Di atas kompor inilah menu shabu-shabu yang terdiri dari bermacam sayuran, seperti sawi putih, wortel, jamur shitake, dan bermacam bakso direbus dengan kaldu ayam, sapi, atau kuah tomyam.

Meski kelas kaki lima, Genji menyediakan daging kelas satu. Selain daging sapi lokal, Genji juga menawarkan daging sapi dari Selandia Baru, Australia, dan Amerika. Paket menu shabu-shabu dan yakiniku ditawarkan antara Rp 30.000 dan Rp 65.000 per porsi.

Seorang rekan menyarankan mencoba makan di Bakmi Jogja Jape Methe. Jape Methe dalam bahasa gaul anak muda Yogyakarta artinya cah e dewe (teman sendiri).

Masakan bakmi jawa yang dimasak dengan tungku arang ini adalah cabang kedua setelah warung pertama di Kalibata, Jakarta Selatan. Menurut Joko (23), juru masak yang berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta, Bakmi Jape Methe ini punya 12 cabang di Jakarta. ”Jape Methe masih akan membuka beberapa cabang lagi,” kata Joko.

Bakmi yang diolah dengan bumbu dasar bawang putih, bawang merah, dan kemiri ini mengobati kangen masakan bakmi asli Yogya. Bau harum tercium dari bumbu yang ditumis dengan sedikit minyak di atas pembakaran arang.

Ketika bakmi sudah dicampur dengan bumbu yang ditumis tadi, api dari pembakaran arang menambah kuat aroma gurih pada bakmi. Uang Rp 14.000 untuk satu porsi bakmi dan Rp 17.000 untuk bakmi spesial (dicampur ati-ampela) rasanya sudah membuat perut kenyang.

Halaman belakang

Di salah satu sudut halaman belakang, ada satu tenda memasang spanduk bertuliskan Bebek SBY. ”SBY itu singkatan Surabaya lho, bukan nama presiden kita,” tutur Neneng Sri Rahayu (37) yang malam itu bersama suaminya menunggui lapak mereka.

Menu andalan tenda itu selain bebek adalah sate tulang. Untuk sepuluh tusuk sate, Neneng mematok harga Rp 22.000.

Menurut Neneng, sate tulang diolah dari bagian punggung ayam yang masih menyisakan banyak daging. Tulang punggung itu dipotong besar berukuran sekitar 2 cm x 2 cm. Potongan tulang itu lalu ditusuk dengan tusuk sate dan diberi bumbu antara lain bawang merah, bawang putih, dan cabai. Sebelum dibakar, punggung ayam direbus dulu dengan bumbu untuk menghindari daging masih mentah di bagian dalam.

Rasa gurih, manis, dan asam dari bumbu sate menemani percakapan malam itu. Sambil asyik bercakap, tangan sesekali menarik keluar tulang ayam dari mulut. (Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com