Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goa Selarong, Sepi dan Dikotori Para Vandalis

Kompas.com - 23/01/2010, 21:16 WIB

Di sebelah timur Goa Putri terdapat anak tangga yang dibangun di punggung bukit. Karena penasaran, saya pun menyusurinya. Anak tangga ini membelok ke kiri, mengarah ke puncak bukit. Menginjak beberapa anak tangga terakhir, mulai tampak atap pendopo yang dibangun di puncak bukit.

Setelah mengamati sebentar, saya melanjutkan perjalanan ke Sendang Manik Moyo. Untuk mencapai sendang ini, pengunjung harus melewati jembatan kecil di atas kali kering yang merupakan tempat mengalirnya limpahan air terjun di saat hujan.

Sampai di seberang jembatan, suasana cukup berbeda, tak tampak satu orang pun walau ada beberapa rumah yang terlihat di sepanjang jalan berlapis semen tersebut. Suasana cukup senyap, ditambah lagi beberapa rumpun pohon bambu yang berjajar mengangguk-angguk, serasa ingin mengisap setiap orang yang melaluinya masuk ke dimensi lain.

Setelah berjalan kurang lebih 100 meter, terdapat tanda panah menunjukkan jalan ke arah sendang. Saya sedikit ragu sebab jaIan itu adalah jalan tanah tanpa pembatas yang jelas. Selain itu, paparan cahaya matahari cukup minim karena rimbunnya pohon di jalan setapak tersebut.

Hening, sunyi, jauh dari hiruk pikuk kota. Hanya terdengar bisikan dedaunan dan gemercik air yang mengalir konstan melalui undakan parit bilah-bilah bambu di sisi kanan jalan setapak. Lintasan yang harus dilalui agak menanjak dan berlumut sehingga harus hati-hati.

Rasa ragu terjawab ketika terlihat dataran dengan kolam bata persegi di tengahnya. Dari dekat, terlihat jelas dasar kolam sedalam satu meter yang terisi air setinggi 20 sentimeter itu. Terpancang pula di dekatnya tonggak kayu bercat putih dengan papan bertuliskan "Sendang Manik Moyo".

Tapak Tilas

Obyek wisata lazimnya merupakan. tempat untuk mendapatkan kesenangan. Goa Selarong menawarkan nilai-nilai tersendiri bagi sebagian pengunjungnya. Selain membisikkan pesan-pesan perjuangan dan kemerdekaan, goa ini juga menjadi tujuan bagi para pengalap berkah. Mereka datang ke goa ini untuk "berwisata" batin.

Dalail Hariasta (51) yang berasal dari Kebumen, misalnya, mengajak istri dan keluarganya berkunjung ke Goa Selarong untuk menapak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro yang semasa hidupnya adalah seorang pahlawan sekaligus ulama. Dalail mengatakan, kunjungannya ke Goa Selarong merupakan rangkaian laku tapak tilas sekembalinya dari ibadah Haji.

"Secara batin dan rohani, juga secara kejiwaan, kami ingin merenungkan betapa agungnya Pangeran Diponegoro pada waktu itu yang membebaskan masyarakat dari penjajah. Sekaligus kami juga ingin berdoa secara khusus untuk perjuangan Pangeran Diponegoro," jelas Dalail.

Vandalistis

Goa Selarong tidak mendapat kunjungan sebesar obyek wisata lain di Yogyakarta. Lebih disayangkan, tangan-tangan jahil mengotorinya. Berbagai karya vandalistis dalam rupa coretan-coretan grafis tampak dengan jelas di mana-mana, terutama di sekitar mulut goa clan pagar pembatas goa. Mungkin ini menunjukkan bangsa kita belum siap untuk menjadi bangsa yang besar.

Mudah-mudahan pada saat memeringati wafatnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 8 Januari lalu, jika banyak orang berkunjung ke goa ini, mereka tifak meneruskan aksi pengotoran tempat-tempat bersejarah ini. Kita boleh becermin pada negara-negara maju, di mana tempat-tempat bersejarah mereka selalu bersih dan terawat. (LYA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com