Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Tarik Turis yang Terpinggirkan

Kompas.com - 20/07/2010, 07:54 WIB

Sangat disayangkan jika ketangkasan dan kecepatan yang disajikan dalam lew lyewi atau kekuatan dan jenaka pesilat yang diperagakan dalam ujungan tidak dapat dilihat lagi di kemudian hari karena kian terjepit arus globalisasi.

Tidak akan pula kita melihat warga Kepulauan Yappen, Provinsi Papua, yang melukis tubuh mereka saat memainkan permainan hantu, yang mereka sebut wori, atau adu kepala dalam olahraga tradisional asal Desantori, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, yang disebut ntumbu.

”Padahal, sudah jelas yang ditawarkan oleh olahraga tradisional ini tidak kalah menarik dengan olahraga modern yang sudah dikenal selama ini,” kata Bambang, perwakilan kontingen dari Jawa Tengah, yang memainkan olahraga tradisional lempar bola atau disebut balangan.

Daya tarik

Olahraga tradisional sebenarnya tidak hanya mampu meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Apalagi, jika mengingat olahraga tradisional sering menampilkan gerak dan kostum yang tergolong menarik serta sarat sejarah dan makna.

Asisten Deputi Olahraga dan Rekreasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Bambang Laksono mengatakan, festival olahraga tradisional yang digelar dua tahun sekali ini merupakan upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali olahraga tradisional di setiap daerah. Setidaknya, olahraga tersebut tidak punah dan tak dilupakan masyarakat.

Pemerintah, katanya, juga berupaya menetapkan olahraga tradisional sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan secara rutin. ”Sekarang sudah ada 11 olahraga tradisional yang ditetapkan menjadi cabang olahraga dan dua lagi sedang dalam proses,” ujar Bambang.

Memang, kata Bambang lagi, tidak semua olahraga tradisional bisa ditetapkan sebagai cabang olahraga. ”Hanya olahraga tradisional yang berkembang di sejumlah daerah yang mirip permainannya yang berpeluang menjadi cabang olahraga,” katanya.

Upaya lain yang ditempuh untuk melestarikan olahraga tradisional adalah memperkenalkannya di sekolah. ”Ini mengingat banyak anak-anak yang tidak lagi tahu olahraga tradisional di setiap daerah,” tutur Nomir Ismail.

Upaya tersebut tentunya perlu dukungan banyak pihak. Dengan begitu, olahraga tradisional yang sejatinya merupakan bagian dari keragaman budaya sekaligus menjadi jati diri bangsa akan lebih mengakar dan tak hilang ditelan perubahan zaman. (A Ponco Anggoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com