Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Api Mrapen di Mendut

Kompas.com - 16/05/2011, 03:48 WIB

Magelang, Kompas - Api abadi dari Mrapen, Kabupaten Grobogan, telah disemayamkan di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/5). Itu dilakukan menyusul disemayamkannya air suci dari mata air Umbul Jumprit, Kabupaten Temanggung, sehari sebelumnya.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, api dan air merupakan komponen penting dalam perayaan Trisuci Waisak 2555. Api tiba di Candi Mendut pukul 16.00. Kendati diguyur hujan lebat saat memasuki Magelang, api itu sama sekali tidak padam.

Demi kemudahan prosesi penyambutan, mobil pembawa api yang biasanya berhenti di areal parkir, kemarin sengaja masuk hingga halaman candi. Serah terima api Mrapen dari petugas kepada para biksu dilakukan di bawah tenda yang semula dipasang untuk menaungi kegiatan sembahyang.

Karena diterpa hujan deras, hanya puluhan umat Buddha yang hadir. Jumlah biksu yang hadir juga sekitar 100 orang dari tiga sangha, yaitu Mahayana, Tantrayana, dan Theravada.

Setelah api dibawa dan dinyalakan di depan patung Buddha di depan Candi Mendut, para biksu kemudian mengiringinya dengan doa-doa. Iringan doa terus dilantunkan selama setengah jam, hingga api disemayamkan di dalam Candi Mendut.

Ketua I Dewan Pimpinan Pusat Pewalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Dutavira Mahasthavira mengatakan, api dalam perayaan Tri Waisak adalah simbol dari pencerahan batin. Api yang dipakai selalu api alam karena kemurnian alam diharapkan menjadi inspirasi pendorong bagi umat untuk selalu melakukan berdasarkan pada sesuatu yang murni, yaitu suara batin dan hati nurani.

?”Setelah mendapatkan pencerahan dengan melakukan sesuatu berdasarkan pada kemurnian hati nurani inilah, maka diharapkan umat dapat hidup lebih bahagia bersama keluarga, negara, dan bangsa,?” ujarnya.

Api dan air yang dipakai dalam perayaan ini, menurut Biksu Dutavira, sejalan dengan tema perayaan Waisak kali ini: ”Menemukan kedamaian dan jati diri dalam diri sendiri?”. Tema ini bermakna mengingatkan umat untuk sering introspeksi, melihat jauh ke dalam dirinya dan tidak usah sering menilai orang lain.

Candi Brahu

Sementara itu, keluarga Budhayana Indonesia menggelar Perayaan Waisak Nasional Tahun 2011, Selasa (17/5) di Candi Brahu, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Humas Penyelenggara Perayaan Waisak Nasional Tahun 2011, Lan Fang, mengatakan, dua tahun lalu acara Waisak dipusatkan di Candi Jawi, Malang. Tahun lalu di Arca Joko Dolog, Surabaya. ”Perayaan Waisak tahun ini kami pusatkan di Candi Brahu,” katanya.

Lan Fang mengatakan, kegiatan perayaan Waisak yang digelar di situs-situs tersebut merupakan bagian dari kehendak untuk mengangkat peninggalan masa lampau dalam keberagamaan, dan sebagai wujud peradaan bangsa yang tersebar di wilayah Nusantara, karena di situs-situs tersebut pada masa lampau menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya ajaran Buddha. ”Selama ini kita hanya mengenal Candi Borobudur, padahal penyebaran agama Buddha menyeluruh di Nusantara,” kata Lan Fang. (EGI/TIF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com