Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Den Pobedi: Bunga, Pita, dan Patriotisme

Kompas.com - 22/05/2011, 22:04 WIB

Karenanya, traktat menyerah Nazi tanggal 9 Mei 1945 disusul bunuh diri sang Fuhrer di bunker Berlin langsung disambut dengan sebuah kegembiraan yang tiada tara. Untuk merayakannya, pada tanggal 24 Juni 1945 sebuah parade kemenangan besar-besaran diadakan untuk pertama kalinya di Moskwa.

Di Jerman Timur, pada masa komunis, hari kemenangan tanggal 9 Mei yang dikenal sebagai Tag Des Sieges tersebut dijadikan hari libur mulai tahun 1975 hingga tahun 1990 (runtuhnya tembok Berlin). Hari kemenangan atau Den Pobedi (Rusia) itu juga kemudian diperingati di daerah-daerah yang dulu menjadi korban kekejaman perang melawan Nazi Jerman seperti Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Serbia, Gorgia, Israel, Kazakhstan, Kirgistan dan Moldova.

Patriotisme

Sebelum peringatan Den Pobedi di Rusia, sebuah stasiun teve biasanya mengumumkan bahwa para veteran Perang Dunia kedua melawan Nazi akan dapat menikmati bepergian rekreasi plus akomodasi ke berbagai daerah di Rusia, naik metro dan bus gratis, dan pensiunnya akan dinaikkan. Menjelang hari H perayaan, ratusan bus ber-ac berseliweran, berisi para veteran dengan puluhan brevet perangnya yang dipasang di dada. Mereka berkunjung ke pusat-pusat sejarah ditemani keluarga dan para cucunya. Wajahnya penuh bangga atas kemenangan yang diraihnya selama Perang Dunia Kedua.

Posmotrite Pozaluista (lihat), ini adalah tanda jasa perang di Berlin. Inilah brevet tertinggi dalam perang. Yang satu ini juga tanda kemenangan yang diberikan Stalin,” ujar seorang kakek yang saya temui di dekat Lapangan Merah Kremlin.

“Saya juga punya tanda jasa banyak dalam perang besar. Bahkan saya saat itu sempat menjadi Duta Besar dan diutus ke negeri Indonesia,” ujar yang lainnya.

Menurut pemilik apartemen saya, Lauryk, semua anak bangsa Rusia selalu gegap gempita menyambut Den Pabodi karena pelajaran sejarah telah menjadi sesuatu yang sangat penting di Rusia. Pada hari bersejarah itu, hampir semua orang menyematkan pita bergaris orange-coklat atau yang dikenal dengan pita St. George sebagai simbol kemenangan. Tidak hanya dipakai di baju, tetapi juga di tas dan ditalikan di kendaraan. Selain itu, meski zaman komunis sudah berlalu, anak-anak kecil dan anak muda lainnya tidak segan mengenakan peci coklat dengan gambar palu arit yang biasa dikenakan pada masa perang dahulu.

“Hari itu harus kita ingat karena merupakan sejarah besar dalam kehidupan manusia. Kakek saya juga seorang jenderal pada masa itu sehingga kami masih bisa merasakannya. Sebuah penderitaan besar akibat perang. Sebuah masa dimana manusia bisa memakan sesama (kanibal) karena sangat miskin akibat perang panjang. Pelajaran penting dari sini hanya satu, jangan ada perang lagi,” tuturnya anak muda yang masih berumur 30 tahun tersebut sungguh-sungguh.

Terlepas dari semua itu, ada kejadian unik di mata saya dalam perayaan Den Pobedi setiap tahun, yakni adanya sikap realistis dari pemerintah dan masyarakat Rusia. Meskipun mereka pernah membenci dan melakukan perang besar terhadap Nazi Jerman, rupanya dendam itu tidak berlanjut hingga kini. Semua ada batasnya dan ada pula berhentinya. Seolah kejadian masa itu tidak memiliki hubungan di masa kini.

Bisa jadi mereka memiliki kesadaran untuk membangun masa depan tanpa harus larut pada kebencian masa lalu. Dendam berkepanjangan tidak akan memberikan apapun kecuali kerugian. Hati yang kotor hanya menyulitkan kehidupan. Sejarah diingat bukan untuk membuka luka lama, namun merupakan pelajaran berharga bagi siapa pun yang mengetahuinya. Sebuah pelajaran besar bagi kita semua.

"Zdravstvuite towarisyi. Pozdravlayu vas s dnem pobedi velikoi otecestvennoi voiny (Hai teman-temanku, saya ucapkan selamat ulang tahun hari kemenangan)," teriak Inspektur upacara di Lapangan Merah Kremlin.

"Uraaaaaaaaaa (horeeeeee)," sambut para serdadu dengan kompak. (M Aji Surya, diplomat Indonesia di Moskwa, Rusia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com