GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com--Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai menyiapkan tempat untuk "padusan", yaitu tradisi membersihkan diri dengan cara mandi menjelang Ramadhan.
"Sebanyak tujuh pantai di kabupaten ini mulai disiapkan untuk tradisi ’padusan’, sekaligus rencana atraksi keseniannya, sehingga menarik wisatawan menjelang bulan puasa nanti," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunung Kidul Suryoaji di Wonosari, Rabu.
Ia menyebutkan tujuh pantai tersebut di antaranya Baron, Klakah, dan Drini. "Kami telah siapkan pula atraksi keseniannya untuk menarik wisatawan," katanya.
Menurut dia, tradisi "padusan" biasanya mampu mendatangkan sekitar dua ribu pengunjung di objek wisata pantai di kabupaten ini. "Sejumlah pantai di Gunung Kidul lokasinya berdekatan, sehingga warga menyebar saat mengikuti tradisi ’padusan’," katanya.
Ia mengatakan warga yang mengikuti tradisi "padusan" umumnya berasal dari Gunung Kidul, Kota Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Semarang. "Masa libur semester bagi mahasiswa belum selesai, sehingga kami prediksikan jumlah pengunjung yang mengikuti tradisi itu lebih dari dua ribu orang," katanya.
Menurut Suryoaji, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan melibatkan anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis) guna membantu pelaksanaan tradisi "padusan". "Anggota pokdarwis akan menyiapkan sejumlah fasilitas, seperti ’shower’ atau alat mandi untuk keperluan itu," katanya.
Ia mengatakan anggota pokdarwis terdiri dari warga di sekitar pantai, tokoh masyarakat, serta pedagang setempat. "Di setiap pantai rata-rata terdapat 20 hingga 80 anggota pokdarwis yang akan membantu pengunjung pantai," katanya.
Menurut dia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga berkoordinasi dengan tim SAR serta Kepolisian Resor Gunung Kidul menjelang pelaksanaan tradisi "padusan".
"Tim SAR kami imbau selalu siaga untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kecelakaan laut, seperti tenggelam dan tersengat ubur-ubur," katanya.
Ia mengatakan tim SAR telah memasang papan peringatan larangan mandi di laut untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kecelakaan yang menyebabkan korban tenggelam atau terbawa arus air laut.
"Selain papan peringatan tersebuyt, tim SAR juga telah menyiapkan alat pengeras suara, untuk selalu memperingatkan pengunjung agar berhati-hati dan tidak mandi di laut," katanya.
Suryoaji mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Polres untuk mengatasi kemacetan lalu lintas kendaraan di ruas-ruas jalan sekitar pantai. "Polres telah mengantisipasi ruas jalan yang rawan kemacetan," katanya.
Masalah sampah di sejumlah objek wisata pantai, kata dia juga menjadi perhatian pihaknya agar pengunjung atau wisatawan nyaman saat melaksanakan tradisi "padusan".
Menurut dia, tradisi "padusan" bagi kabupaten ini menguntungkan, karena berdampak pada pendapatan retribusi dari sektor pariwisata.
"Kami tahun ini menargetkan perolehan pendapatan dari retribusi sebesar Rp1,6 miliar, sedangkan hingga pertengahan 2011 telah mencapai Rp826 juta," katanya.
Ia mengatakan Pemkab Gunung Kidul optimistis tahun ini mampu memenuhi target pendapatan dari retribusi tersebut. "Kami optimistis target tercapai, karena hingga pertengahan tahun ini pendapatan dari retribusi telah mencapai 50 persen dari target," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.