Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Berwisata Bunker Uni Soviet

Kompas.com - 22/07/2011, 10:16 WIB

Hingga tahun 1955, metro masih dinamai Lazar Kagonovich yaitu nama seorang penasehat utama Stalin dan salah satu arsitek utama pembangunan metro. Selama Perang Dunia II, ruangan bawah tanah nan indah ini digunakan sebagai bunker rakyat dari serangan musuh dan juga dipakai untuk aneka pertemuan taktis para pemimpin komunis. Di masa perang tersebut, Stasiun Christiye Prudy menjadi pangkalan perang dan sekaligus tempat ngantornya para staf jenderal.

Sementara itu, Stasiun Mayakovskaya dijadikan pusat senjata peluncur anti pesawat yang pada 6 Nopember 1941 digunakan bagi peringatan Revolusi Oktober ke-24 yang dihiasi patung Lenin dengan bendera komunis mengelilinginya. Kala itu, semua kereta dihentikan dan di ruang utamanya diatur buffet makanan dengan ratusan tempat duduk disampingnya. Mungkin, inilah pesta bunker paling meriah yang dilakukan manusia sampai sekarang.

Di masa bebas saat ini, dengan menggunakan metro maka akan lebih cepat sampai tujuan, karena dengan kendaraan darat dijamin menghadapi kemacetan yang luar biasa. Dari Bandara Seremetyevo hingga pusat kota di pagi atau sore hari misalnya, mobil yang kita tumpangi bisa terseok-seok hingga 3 jam lamanya. Belum lagi sikap pengendara yang belum matang sehingga menyebabkan banyak terjadi kecelakaan lalu lintas. Sedangkan dengan metro (kereta ekspres), hanya memakan waktu setengah jam.

Metro bawah tanah Moskwa relatif efisen, aman dan murah. Dalam satu hari mampu mengangkut 9 juta komuter tanpa kecelakaan yang berarti. Kalau pada tahun 1935 metro hanya memiliki 13 stasiun maka saat ini sudah terbangun lebih dari 160 stasiun dengan 11 jalur. Pembangunan dan modernisasi terus dilanjutkan dari tahun ke tahun.

Sebagai pelancong berkantong cekak, memahami peta metro merupakan keharusan, sedangkan menyewa kendaraan menjadi alternatif yang kesekian. Karena jaringannya sangat luas, maka mengandalkan metro untuk menuju tempat-tempat wisata menjadi menjadi sesuatu yang bersifat wajib.

Di sela-sela bermetro-ria, mata kita dimanjakan dengan aneka karya monumental. Tidak ada yang bisa mendebat, stasiun metro di Moskwa merupakan stasiun yang terindah di dunia. Lupakan sejenak kenyamanan metro di kota mode Paris dan Singapura. Metro Moskwa yang mulai dibuat pada masa Stalin ini menjanjikan pemandangan mata yang menyentuh jiwa. Setiap stasiun dibangun secara serius, baik dari sisi keselamatan, kenyamanan maupun artistiknya. Para artis bekerja siang dan malam untuk menghias setiap stasiun sehingga para pengguna jasa metro dibuat berkelana dari satu galeri ke galeri lainnya.

Dengan menggunakan eskalator sedalam 40 meter, pelancong akan diantarkan pada istana yang dipenuhi ornamen penuh makna mulai dari mozaik, patung dari marmer tua hingga lampu kristal kuno. Keindahan suasana yang tercipta serta penataan lampu yang artistik akan membuat angan-angan kita melayang-layang ke era kejayaan komunis. Di sinilah karya agung era 50-an dipajang.

Stasiun Komsomolskaya misalnya, dirancang oleh seorang arsitek terkemuka, Shchusev. Inilah salah satu stasiun yang paling indah yang atapnya dihiasi panel-panel mozaik karya Korin yang menggambarkan keperkasaan pimpinan militer pada abad 14. Semua mozaik rupanya dibuat dengan menggunakan teknik kuno Bizantium yang mengawinkan kaca, marmer dan granit. Disini pula pernah dipajang panel berjudul “Penyerahan Bendera Jaga” yang menggambarkan Stalin memegang bendera dan seorang serdadu jongkok dan menciumnya.

Jangan heran, di Rusia masih banyak yang percaya pada mitos. Keluar dari kereta, beberapa penumpang akan mengelus salah satu patung yang terbuat dari kuningan. Mereka percaya, hal yang dilakukannya itu akan mendatangkan keselamatan dan bahkan keberuntungan. Anda juga bisa melakukannya bila mau.

Di sela-sela menikmati keindahan istana bawah tanah dan kereta yang kebanyakan masih relatif tua, Anda juga akan mulai memahami Rusia dalam arti yang luas. Meskipun lingkungan stasiun relatif bersih dan teratur, fasilitas metro Moskwa belumlah semodern New York ataupun Paris. Loket tiketnya usang dan para penjaga tidak berpakaian sekeren teman sekerjanya di Paris. Mereka juga masih belum banyak mengumbar senyum kepada pengguna metro.

Mungkin akhirnya kita pun menjadi sadar bahwa proses perubahan masyarakat memerlukan waktu. Dalam batas-batas tertentu, para petugas dan masyarakat Moskwa pengguna metro adalah masyarakat transisi. Dari sosialis ke liberal, dari komunis ke demokrasi. Tidak mengherankan, kadang tingkah lakunya masih menyiratkan nilai-nilai masa lalu. Acuh terhadap orang yang tidak dikenalnya, apalagi orang asing. (M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia di Rusia, ajimoscovic@gmail.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com