Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Berwisata Bunker Uni Soviet

Kompas.com - 22/07/2011, 10:16 WIB

KOMPAS.com - Yang namanya bunker pastilah berada di perut bumi. Seperti layaknya sebuah sumur saja. Terkesan menyeramkan apalagi dikaitkan dengan rezim komunis. Namun, yang satu ini lebih layak disebut sebagai bunker terindah di dunia. Mengapa?

Bila Anda pernah melancong ke Berlin, pastilah mendapati berbagai torehan sejarah, mulai sisa tembok Berlin, Check Point Charlie, sampai dengan cerita bunker yang dibangun sekutu maupun Uni Soviet. Salah satu bunker yang kabarnya masih mesterius sampai kini adalah tempat Hitler bunuh diri karena frustasi kalah perang. Bunker itu pasti menyeramkan.

Hampir sama, terjadi ketika perang teluk berkecamuk. Tentara Saddam Husein rupanya telah menyiapkan pertahanan yang sulit ditembus, yakni bunker yang amat kokoh. Disana banyak senjata perang sampai senjata perut ditimbun. Bila Amerika Serikat lebih suka main tembak dari udara, maka tentara Irak main petak umpet di perut bumi. Saat ini sebagian bunker tersebut kabarnya tidak terurus dan menjadi “sarang” hantu.

Kebanyakan bunker memang terkait dengan pertahanan dalam peperangan. Demikian juga yang sudah disiapkan oleh pemerintah komunis Uni Soviet semasa menjadi super power. Bedanya, bunker di Rusia bersifat multifungsi: tempat berteduh jutaan warga dari serangan musuh, tempat mengendalikan peperangan, jalur transportasi dengan kereta cepat, dan galeri pamer ornamen patung para seniman. Nyaman dan indah.

Memasuki stasiun metro di Moskwa tak ubahnya masuk ke perut bumi, menghujam lebih dari 40 meter. Jauh lebih dalam dari sumur di kampung Anda. Cuma, ketika memasuki stasiun metro, pengunjung menggunakan eskalator sehingga bisa menikmati suasana yang sangat unik.

Stasiun metro bawah tanah di Moskwa bukan sembarang stasiun. Inilah yang disebut the best underground museum. Di semua pemberhentian kereta tersebut, para pelancong akan disuguhi berbagai ornamen dan patung “abadi” yang dibuat oleh tangan-tangan artis pada masa kejayaan komunis. Semua bernuansa perjuangan yang tidak mengenal menyerah. Baik itu diperankan oleh tentara maupun petani. Ada yang terbuat dari metal, besi, maupun berupa mozaik. Di sana sini, terlihat jelas simbol komunis masih mengkilat: palu dan arit.

Menurut sejarah, stasiun Metro ini memang bukan sembarang stasiun. Pada masa Perang Dingin, disinilah para jenderal berkantor. Disinilah tombol-tombol nuklir siap dipencet. Disinilah kalau terjadi perang dunia, seluruh rakyat Moskwa bisa ngumpet mencari selamat. Disinilah cadangan pangan disimpan. Dari sini juga, setiap orang bisa melakukan perjalanan ke semua penjuru Moskow. Justru karena peran penting lorong-lorong bawah tanah inilah maka para artis terbaik Rusia diundang untuk menghiasi dengan berbagai karyanya. Sebuah ide cemerlang pimpinan Uni Soviet.

Jadi saat berkunjung ke Moskwa,  ikhlaskan diri Anda tenggelam di perut buminya meski hanya sekejap. Kunjungan ke beberapa stasiun Metro akan memberikan pelajaran dan membangkitkan ingatan tentang adanya suatu masa dimana dunia terbelah menjadi dua dan manusia dibuat tidak aman. Perang Dingin yang memunculkan karya-karya monumental. Sebuah pelajaran berharga yang jarang ditemui dalam buku-buku sejarah.

Meraih multimanfaat

Menelusuri bunker metro sama dengan belajar sejarah, khususnya tentang cara pikir dan cita-cita Lenin dan Stalin. Meskipun telah direcanakan sejak 1902, namun dengan adanya Perang Dunia I dan Revolusi Rusia menyebabkan pembangunan metro tertunda dan jalur pertama yang disebut Sokolnicheskaya baru dibuka pada 15 Mei 1935 atas kerja keras para pekerja paksa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

Travel Tips
3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com