Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rio Kondo mengatakan, satu bulan selama Ramadhan adalah masa paling sepi bagi bisnis perhotelan di Jakarta. ”Satu bulan ini benar-benar tidak bisa diapa-apakan. Kalaupun ada program khusus, hasilnya tak terlalu signifikan,” ucapnya.
Penurunan okupansi hotel selama Ramadhan terjadi karena sepinya kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Tingkat okupansi hotel di Jakarta selama Ramadhan hanya 50-60 persen.
Namun, memasuki Lebaran, tingkat okupansi hotel-hotel di Jakarta mulai naik hingga kisaran 70-80 persen. Rata-rata pengunjung hotel adalah keluarga menengah atas yang ditinggal pembantu rumah tangga mudik ke kampung halaman.
”Biasanya, seminggu sesudah Lebaran, kondisi ini akan membaik. Hari Senin (4/9) besok kemungkinan hotel akan ramai kembali,” ujarnya.