Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sandeq", Ekspresi Maritim Mandar

Kompas.com - 25/02/2012, 02:46 WIB

Bagi Tahir dan nelayan setempat, ini bukan soal untung- rugi. ”Ikut balapan sandeq adalah hiburan setelah berbulan-bulan melaut,” katanya.

Aminah pernah berutang Rp 10 juta kepada saudaranya untuk persiapan lomba. Semua itu terbayar lunas setelah Sempurna miliknya menjuarai Sandeq Race 2011.

Begitu pula dengan Syahruddin (55), pengusaha tali rumpon di Tinambung. Ia memesan sandeq lima tahun silam. Sebanyak 40 karyawannya diarahkan ikut serta. Begitulah, lomba sandeq sekaligus adalah ajang inovasi membuat perahu yang kuat, ringan, dan cepat, sebagaimana lomba Formula I. Ini catatan Liebner dari Jerman tadi.

Sedikitnya ada tujuh pembuat perahu terkenal di Polman. Samadung (51), salah satunya, tak lagi menggunakan kayu endemik tippulu, pallapi, dan ma’deng. Bobot ketiga jenis kayu itu terlampau berat sehingga dianggap tidak cocok untuk membuat sandeq balap. Dicobanya kayu-kayu lain yang ringan dan kuat, seperti dango, kanduruan, dan bayur.

Lelaki yang sudah 20 tahun membuat perahu itu bahkan memakai tripleks ukuran 3-6 inci sebagai bahan lambung sandeq balap. Ia juga menyederhanakan ukuran sandeq agar lincah. Tiga perahu buatannya jadi juara sejak 2005.

Pesanan perahu pun mengalir deras sejak itu. Periode Januari-Juni, Samadung minimal mendapat satu pesanan sandeq seharga Rp 45 juta. Ia juga sering disewa pemilik perahu untuk mengomandoi tim menjelang perlombaan. Penghasilan itulah yang digunakan Samadung untuk menyambung hidup.

Pengamat budaya Mandar, M Ridwan Alimuddin, mengibaratkan sandeq race sebagai pestanya nelayan Mandar. Semua ikut berpartisipasi mulai dari pemilik, pembuat, hingga awak.

Ajang tersebut menjadi kian prestisius seiring meningkatnya animo peserta. Dua tahun terakhir, sandeq race diikuti lebih dari 50 peserta. Tahun sebelumnya hanya 30-35 peserta.

Dari 36.653 nelayan di Sulbar, hampir 80 persen di antaranya menghuni 215 kilometer area garis pantai, Polman dan Majene. Namun, tak sedikit pula orang Mandar yang mendiami pesisir Ujung Lero, Sulsel.

Dengan sandeq-lah nelayan Mandar menangkap ikan terbang dan ikan tuna untuk di ekspor. Badan sandeq tidak mudah oleng dihantam ombak karena cadik dari bahan bambu petung di sisi kiri-kanan berfungsi menjaga keseimbangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com