Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terombang-ambing di Lautan Pasir

Kompas.com - 11/03/2012, 07:44 WIB

Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Otto Hasibuan, yang ikut serta dalam petualangan itu, mengakui, sensasi terguncang-guncang dalam mobil di tengah padang pasir memang luar biasa. Ini melebihi aksi drifting, akrobat dengan mobil di jalan raya.

Muhamed, yang tampaknya sudah hafal dengan lintasannya, terus membawa mobil dan mengabaikan teriakan kami yang terombang-ambing. Dia tenang saja, sambil menceritakan berbagai peristiwa yang pernah terjadi di tengah hamparan pasir yang sepertinya tak bertepi itu. Kami sempat berhenti, menikmati terik sinar matahari di tengah padang pasir yang menyengat. Suhu saat itu lebih dari 45 derajat celsius.

George Freeman, wartawan senior The New York Times (Amerika Serikat) yang berada di mobil berbeda, mengakui pula, guncangan selama mengarungi lautan pasir itu memang luar biasa. Aksi wisata itu tak akan terlupakan. Ia menikmati sensasi saat tubuhnya terombang-ambing sepanjang perjalanan. Sekalipun memiliki gurun, AS belum mengembangkan wisata off road di padang pasir itu.

Setelah ”istirahat” sekitar 15 menit, dan tidak boleh terlalu lama, karena khawatir akan terjadi dehidrasi, dune bashing pun dilanjutkan. Namun, pada putaran kedua ini, adrenalin kami tak dipacu seperti sebelumnya karena gundukan pasir yang dilewati tak securam sebelumnya. Kali ini lautan pasir yang dilalui lebih landai, dan di sana-sini ada tanaman perdu. Kami tak lagi bak naik roller coaster seperti sebelumnya. Muhamed juga beberapa kali menghentikan mobil karena terlihat rusa atau kambing gurun yang melintas.

Mendidih

Kami keluar dari gurun pasir Margham sekitar pukul 12.00. Kepala terasa mendidih karena terik matahari. Apalagi saat Muhamed harus mengisikan angin pada ban mobilnya kembali dan kami berada di luar mobil. Di sisi kiri dan kanan padang konservasi itu terlihat tenda milik penduduk asli Margham untuk memelihara unta.

Muhamed menuturkan, jika kami melakukan perjalanan pada sore hari, kami bisa menikmati sensasi menunggang unta, makan malam ala barbeque, dan menikmati kopi khas Arab yang disebut gahwa. Namun, kami memilih petualangan pada pagi hingga siang hari karena sehari sebelumnya sudah menikmati makan malam dan sajian hiburan khas padang pasir, di gurun yang berbeda, di tengah kota Dubai saat pembukaan Konferensi Advokat Internasional. Kami bukan saja menikmati bakaran daging ayam dan sapi yang beraroma khas, beragam kue manis dan kurma, tetapi juga menyaksikan belly dance, tarian api, dan kesenian khas Uni Emirat Arab lainnya.

Selain petualangan di padang pasir, Dubai sebenarnya juga menawarkan obyek wisata lain, terutama wisata belanja di Dubai Mall, sebagai salah satu pusat perbelanjaan terluas di dunia. Selain itu, di kawasan gurun yang terik ini ada sajian wisata salju pula yang bisa dinikmati wisatawan. Tentu saja, salju buatan. Namun, Pemerintah Dubai tampaknya ingin memanjakan dan memberikan alternatif kepada siapa pun yang datang ke wilayah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com