Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedai Kopi Es Tak Kie, Kopi Tua Tahun 1927

Kompas.com - 07/10/2012, 06:36 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

Bagi para kopi mania, jangan sampai datang ke kedai tersebut di sore atau malam hari. Sebab, kedai ini buka mulai pukul 6.30 sampai pukul 2.00 siang. Saat ditanya apakah Ayauw apakah memiliki keinginan mengubah kedai miliknya seperti coffee shop di mal, Ayauw menuturkan bahwa ia sebenarnya bisa saja melakukan hal tersebut.

Tetapi, lanjut Ayauw, perubahan akan memberikan dampak pada hilangnya kekhasan dari kedai kopi miliknya yang bernuansa "Tempo Doeloe". Harga di kedai ini pun bisa lebih murah dibandingkan jika berjualan kopi di mal.

"Kalau di sini kan es kopi hitam kita jual Rp 10.000 sedangkan kopi susu Rp 11.000," kata Ayauw.

Ayauw kemudian bercerita bahwa ia memiliki racikan kopi terbaru. Ia lalu mengambil bubuk kopi yang sudah terukur sebanyak 20 gram di plastik-plastik dekat mejanya.

"Kopi ini kualitas terbaik yang baru saya temukan sekitar dua tahun lalu. Kopi ini saya beri nama kopi 'Tak Tak'. Artinya kopi yang memiliki tantangan," katanya dengan senyum penuh kebanggaan.

Ayauw pun menawarkan Kompas.com untuk mencicipi kopi spesial hasil racikannya. Sambil menyeduh, Ayauw menjelaskan kepada Kompas.com cara menyeduh kopi agar mencapai kematangan sempurna.

Untuk satu gelas besar, siapkan 20 gram kopi bubuk hasil racikan Ayauw. Kemudian air panas dituangkan ke dalam gelas yang sudah berisi kopi, aduk hingga merata, dan kopi harus ditutup agar kematangan sempurna.

Lama menutup seduhan kopi sekitar 10 menit. Jika tidak, kenikmatan kopi tidak akan mencapai titik sempurna. Setelah ditutup selama 10 menit dan bubuk kopi sudah mengendap, saring kopi tersebut ke gelas lain agar tidak berampas.

Di gelas baru itu, peminum bisa menambahkan tambahan gula atau susu sesuai selera penikmat kopi. Khusus untuk kopi bubuk yang dibeli dari kedai Tak Kie, jika ingin mendapatkan rasa yang sama, Ayauw menyarankan menggunakan susu kental manis merek tertentu. Sebab, jika susu yang digunakan berbeda, rasa yang ditimbulkan pun berbeda.

Kopi yang diseduhkan Ayauw pun siap diseruput. Sebelum menyeruput, aroma kuat dari kopi begitu merasuk dan membangkitkan indera untuk segera meminumnya. Ketika diminum, saat kopi menyentuh permukaan mulut, rasa kopi Lampung yang lembut muncul.

Namun, saat kopi sampai di pangkal lidah, pahitnya kopi yang kuat terasa, terlebih saat itu kopi belum diberikan tambahan gula atau susu agar bisa merasakan rasa asli kopi. Tetapi ketika kopi sudah di kerongkongan, rasa kopi berubah menjadi kenikmatan maksimal .

Tidak sampai disitu, setelah meminum kopi tersebut, masih ada efek kopi yang membekas dengan kuat. Ayauw mengatakan, peminum kopi Tak Tak ini harus orang yang kuat karena menimbulkan efek memicu degupan jantung akibat kadar kafein yang tinggi.

Jika terlalu banyak meminum kopi Tak Tak ini, bagi penderita penyakit maag kronis juga bisa meningkatkan asam lambung. Kopi Tak Tak dibandrol dengan harga sedikit lebih mahal yaitu Rp 15.000 karena menggunakan biji kopi yang lebih unggul.

Selain dalam bentuk seduhan kopi, kedai kopi Tak Kei juga menjual dalam bentuk bubuk. Harga satu kiloogram kopi racikan Es Kopi Tak Kei Rp 150.000 dan kopi Tak Tak Rp 180.000. Ayauw juga ternyata menyimpan perasaan prihatin kepada para petani kopi yang tidak serius menjaga kualitas kopi.

Menurutnya, para petani kerap kali hanya memikirkan keuntungan sehingga kualitas kopi tidak terjaga. Bibit kopi yang digunakan bukan lagi bibit-bibit unggul, sehingga rasa kopi pun berubah. Seperti kopi Robusta dari daerah tertentu yang menurut Ayauw sudah menurun drastis kualitasnya.

"Kalau petani kita bisa serius dan mendalami kopi, negara kita akan menjadi penghasil kopi terbaik. Apalagi kita punya bibit kopi Irian yang kualitasnya sangat bagus dan paling bagus di Indonesia," kata Ayauw.

Selain itu, banyak pengusaha kopi yang tidak mengerti kopi tetapi mencoba memberikan sajian kopi dengan mengandalkan merek. Kopi yang banyak terjual saat ini merupakan kopi yang manggunakan banyak campuran.

Bahan campurannya bisa dengan pewangi buatan, atau gula buatan yang berlebihan sehingga rasa asli kopi menghilang. Bagi para pecinta kopi, silahkan datangi kedai kopi tempo dulu ini untuk bernostalgia menikmati kopi asli Indonesia. Selamat mencoba!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com