Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kuliner Tempo "Doeloe" di Gresik

Kompas.com - 23/11/2012, 19:54 WIB

Pegiat Mata Seger, Oemar Zainudin, menyebutkan, sejak zaman kerajaan Majapahit, Gresik sudah disebut-sebut sebagai salah satu prototipe kota tua. Perannya sebagai kota dagang mulai berkembang sejak pertengahan abad ke-14 seirama dinamika kota-kota dagang lainnya di Nusantara terkait dalam jaringan perdagangan dunia.

Pada jalur perdagangan, dari Maluku melintasi Laut Flores, Laut Jawa, Selat Malaka, Teluk Benggala, Pantai Coromandel dan Malabar di India, Gujarat, Persia diteruskan sampai ke Eropa, Gresik menjadi salah satu simpul perdagangan penting. Lahirnya Gresik sebagai kota dagang dunia dan kota pelabuhan didukung keberadaannya di pantai utara Laut Jawa selaku jalur utama perdagangan Nusantara dan internasional.

Gresik diapit oleh dua muara sungai besar, yaitu Bengawan Solo di sisi barat dan Kali Brantas di sisi timur. Ini menjadikan Gresik sebagai kota pelabuhan yang strategis sekaligus sebagai simpul sistem perdagangan regional yang menghubungkan daerah pedalaman Pulau Jawa dengan luar Jawa.

Goresan masa lalu itu di antaranya tecermin dari bangunan Masjid Jami’, gedung DPRD, kantor pos, rumah dinas wakil bupati, Gardu Suling, Gedung Limo, Gedung Gajah Mungkur, serta Kampung Kemasan. Setiap gedung punya nilai sejarah dan masih tetap terjaga.

Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia I Gede Ardika mengatakan, banyak yang harus dilakukan bangsa ini dalam melestarikan budaya secara nasional. Hal sederhana yang harus dilakukan setiap warga adalah menjaga identitas budaya masing-masing agar tak luntur. Selain itu, perlu mendorong interaksi, asimilasi, dan akulturasi antardaerah supaya mengindonesia.

Tahun ini Kota Gresik menjadi salah satu tujuan jelajah pusaka. Meskipun Gresik tak identik dengan tujuan wisata, kota ini sarat nilai sejarah dan sosial budaya, seperti Kampung Kemasan. Pada abad ke-19 kampung itu merupakan permukiman orang Eropa dan kaum pribumi yang mapan.

Kawasan itu bisa dikatakan basis perajin dan pedagang pribumi saat itu. Bangunan di dalam dan di sekitar lokasi ini memiliki arsitektur perpaduan antara corak Eropa, China, serta Timur Tengah.

Gresik menjadi titik simpul perdagangan internasional, terutama dari bangsa-bangsa Eropa dan Asia Tengah. Tome Pires, musafir Portugis (dalam H De Graaff the Piqeaud, Kerajaan Islam di Jawa), pada abad ke-16 menyaksikan transaksi perdagangan di Gresik sudah ramai. Kapal-kapal yang singgah berasal dari Banda, Gujarat, Siam, dan China.

Hal itu mendorong penduduk Gresik menjadi perajin dan pedagang. Sebagian besar perajin permata, kuningan, kulit (sandal, sepatu, terompah, sabuk, tas), tukang ukir, pandai besi, tukang peti, tukang jahit pakaian, kopiah, dan nelayan.

Jejak-jejak masa lalu kebesaran dan kemasyhuran Gresik itu diharapkan menjadi penyemangat melestarikan nilai budaya yang luhur dalam konteks kekinian. Nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal merupakan bagian dari pusaka yang harus dijaga selain bentuk fisik bangunan kuno, kitab kuno, atau benda pusaka lainnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com