Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permainan Rakyat di Pesisir Pasuruan

Kompas.com - 02/03/2013, 13:20 WIB

Papan skilot yang dulunya cuma berupa sebilah papan berbentuk datar, kini mengalami modifikasi. Agar mampu melaju lebih cepat, bagian depannya dibuat melengkung dengan bentuk setengah lingkaran.

Bagian tengah badan papan, dilengkapi kayu yang melintang sebagai pegangan dan kemudi. Agar tampilannya lebih menarik, papan luncur skilot  pun dihias dengan warna-warna cerah.

Pertandingan skilot menjadi agenda tersendiri bagi masyarakat Desa Tambak Lekok. Sejak tahun 1984, skilot sudah menjadi sebuah permainan yang merakyat dan sejak tahun 1999  resmi menjadi perhelatan rutin saban tahunnya.

Arena berlumpur yang sengaja dibuat khusus bagi perlombaan skilot selalu ramai pengunjung saat lomba berlangsung. Meski cara bermainnya cukup sederhana, bukan berarti permainan skilot mudah dilakukan.

Lumpur setinggi paha orang dewasa membutuhkan dorongan kaki yang sangat kuat agar papan bisa bergerak. Tak hanya itu, jauhnya arena juga harus diperhitungkan agar stamina pemainnya bisa tetap stabil.

Biasanya, para peserta akan melakukan latihan beberapa hari sebelum pertandingan. Latihan berlari secara rutin, akan membantu mereka untuk menjaga stamina. Untuk melatih kekuatan dorongan kaki, diperlukan  latihan khusus.

Tali tebal yang berasal dari karet ban bekas akan diikatkan pada pohon, lalu ujung lainnya akan diikatkan pada kaki sang joki yang menghadap pada pohon. Kaki yang diikatkan harus menarik tali karet tersebut hingga kaki menekuk.

Gerakan latihanya berulang-ulang seperti menendang. Semakin berat tarikan, akan membuat kaki semakin kuat.

Tidak sedikit yang mendaftarkan diri untuk menjadi peserta. Sekali pertandingan berlangsung bisa diikuti empat sampai lima peserta, baik pria maupun wanita.

Arena sejauh 50 meter harus dilewati bolak-balik. Tidak sedikit pemain kehabisan tenaga sebelum sampai garis finis. Bagi pemenang, bukan hanya hadiah yang ia dapatkan, tetapi juga kebanggan sebagai jawara skilot terhebat. (Kompas TV/Fauziyah)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com